Kisah tentang Keabadian Cinta

Catatan ini lanjutan dari sekelumit kisah tentang Ibu Ainun yang telah dibahas di catatan sebelumnya. Begitu indahnya kisah tentang sebuah kesetiaan dan keabadian cinta beliau membuat saya tak kuasa membendung jemari saya untuk menulis lagi tentang kisah beliau. Secara pribadi saya selalu terkesima pada kisah-kisah serupa dengan ini, kisah yang menyuguhkan keindahan, keabadian, dan kesetiaan hubungan cinta. Cinta yang hanya akan terputus oleh terpisahnya ruh dari tubuh.
Jika banyak kisah itu terkesan tidak nyata dan hanya serupa dongeng pengantar tidur karena berada jauh dari kehidupan saya dan orang kebanyakan. Namun berbeda dengan kisah Ibunda Ainun Habibie, kisah beliau begitu menggetarkan saya, karena beliau ada di sekitar kita. Tidak seperti Layla Majnun, Romeo Juliet, atau Sampek Engtay. Kisah cinta Ibu Ainun dan Bapak Habibie adalah sebuah kisah nyata. Yang dapat kita rasakan keADAannya.
Saya tak menemukan padanan kata yang lebih agung bagi keabadian cinta yang terjalin antara Ibu Ainun dan suamianya Bapak Habibie. Beliau berdua saling ada satu sama lain di saat-saat bahagia ataupun masa-masa tersulit. Ketika Bapak terpilih menjadi Presiden RI ke 3, Ibu ada di sampingnya. Ketika banyak yang menuding Bapak dengan tuduhan-tuduhan menjadi seteru dari presiden Soeharto kala itu, Ibu setia mendukung. Saat Bapak dianggap gagal mengawal reformasi dan merupakan orang yang menyebabkan Timor Timur lepas dari Indonesia, Ibu senantiasa berada di samping Bapak untuk menguatkannya. Semua pengabdian Ibu pun bersambut hal yang serupa. Bapak selalu mendampingi Ibu bahkan di masa-masa beliau sakit.
Kisah yang beberapa hari ini menyentak saya adalah saat banyak televisi yang memberitakan betapa Bapak begitu mencintai Ibu dan tidak ingin berpisah dengannya meski sejenak. Menurut bapak J.E. Habibie, bahkan Bapak Habibie sempat berujar bahwa beliau hanya akan keluar rumah sakit bersama Ibu. Dan benar, Bapak keluar rumah sakit bersama Ibu, saat Ibu sudah berpulang ke hadirat Allah SWT.
Kisah cinta Ibu Ainun dan Bapak Habibie adalah kisah nyata. Kekuatan cintalah yang membuat keduanya selalu bersama saat duka maupun suka. Sebentuk kisah tentang cinta dan kasih, pengabdian, kesetiaan, saling menghargai, dan saling mendukung antara sepasang anak Adam. Kisah ini membuat saya kembali percaya bahwa keabadian cinta itu ada. Hanya saja harus diperjuangkan dan dipertahankan. Semua didapat melalui proses yang bukan sekejap.
Saya mengibaratkan keabadian cinta selayak tautan tangan yang enggan terlepas. Selalu saling melengkapi hingga takdir memisahkan mereka. Selamat jalan Ibunda. Akan selalu ada orang-orang yang menebarkan doa dan kebaikan atas nama Ibunda. Doa yang terapal sebagai bentuk cinta yang tulus dari saya, mereka, kami. Kisah itu akan selalu abadi dipeluk oleh waktu

Comments

Elsa said…
keromantisan mereka, bikin iri yaa

indahnya cinta
yang menjadi ibadah...

semoga Pak Habibie benar benar ikhlas melepas belahan jiwanya
Ya mbak bikin iri...
Melepas belahan jiwa yang telah mengisi hidup 48 tahun mungkin akan susah, tapi semoga saja Bapak bisa
aurora dessy said…
wah ternyata ajing itu setia sampai TUANNYA MATI
dia msh menunggu kedatangan tuan itu....
Adi said…
inspirasi yang menarik untuk mengarungi samudra Cinta.
Abdurrahman said…
hai...may i know the name of this music...i like it very much...
Unknown said…
aku juga suka banget dan terpesona dengan kisah cinta bapak habibie dan ibu ainun. Benar2 cinta sejati.

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Ukiran Sebuah Pertemuan

Pijar Lentera Keempat Kemudian Padam