Senja dan Mimpi

Aku baru saja membaca sebuah kumpulan prosa, sebait kalimat yang entah mengapa membuatku merenung begitu dalam.
hidup itu tak pernah benar-benar benderang seperti siang atau
bahkan hidup itu tak pernah benar-benar gulita seperti malam
hidup itu ternyata cuma senja
senja tak punya warna yang jelas
senja datangnya cuma sesaat
Jika hidup memang hanya sebuah senja, lantas mengapa aku bisa jatuh terpuruk begitu dalam? Namun sesekali bisa mendaki ke puncak tertinggi.
Senja...
Ternyata senja begitu banyak memiliki kisahnya...


Senja dan Abu-Abu
adalah sebuah berkas warna penuh kebimbangan
keraguan
tak pasti

Senja dan Langit
adalah sebuah jejak atas pengharapan
doa
dan kerinduan

Senja dan Aku
adalah sebuah ruang sunyi
tempat meletakkan semua penat
dan kembali
bermimpi

Hari ini dan senja tadi...
penat itu telah berada di ruangnya
dan aku mulai merangkai mimpi
yang belum sempat tergenapi di penghujung malam kemarin
mimpi tentang sebuah harapan yang entah terwujud atau tidak
mimpi tentang sebuah pesan singkat dari dia yang dulu pernah sangat berarti
pesan singkat di pergantian hari

"Selamat Ulang Tahun Neng..."

Cukup itu saja...
tanpa harus kata cinta
atau janji hadiah...
hanya 4 kata itu, pesan yang cukup singkat bukan?

Senja tadi...
aku mengukir sebuah mimpi yang belum semiat tergenapi malam kemarin
Tapi sungguh...
aku tahu mimpi itu semaya senja dan abu-abu
meskipun indah
tapi takkan nyata adanya...

satu-satunya yang layak dirayakan hari ini
adalah
aku telah terjaga dari keterlenaan mimpi
dan kini
aku akan berusaha semampu yang aku bisa untuk
mewujudkan yang maya menjadi nyata
mengubah senja menjadi pagi
dan
menjadikan abu-abu menjadi putih...

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Ukiran Sebuah Pertemuan

Pijar Lentera Keempat Kemudian Padam