Celoteh Galau #1
ada satu masa kita pernah saling mencintai
juga membenci...
dan kini,
aku tak mampu lagi menebak rasa yang ada antara kita...
Celoteh Galau #2
entah siapa yang pertama memberikan jeda di antara kita
dan saat kita sama-sama tersadar
jeda itu abadi memisahkan kita...
Sunday, May 15, 2011
Monday, May 09, 2011
lagi, tentang sebuah kehilangan...
Kita tak akan pernah siap atas sebuah kehilangan, perpisahan, kematian, atau apapun namanya.
Padahal sesungguhnya, ia, aku, kamu, kita semua sadar tak ada yang pernah abadi di atas dunia ini
selain Sang Pencipta...
Sebenarnya aku benci menuliskan lagi tentang sebuah kehilangan. Mungkin karena aku, dalam hidupku, banyak mengalami kehilangan. Tapi, entah mengapa kali ini aku tergerak untuk menuliskan kisah ini. Kisah penantian panjang seorang perempuan yang ingin kembali melahirkan kehidupan dari rahimnya. Untuk menemani hari-harinya yang jauh dari sang lelaki.
Perempuan ini memilih untuk menikahi laki-laki yang kemungkinan akan lebih banyak menghabiskan waktunya di lautan daripada bersamanya. Tak ada yang salah dengan perjodohan ini. Karena memang takdir telah mempertemukan mereka. Kehidupan berjalan penuh dinamika. Meskipun satu sama lain jarang bersua raga, tak sebutir kesetiaan dan kepercayaan luntur dari keduanya.
Tak ada konflik berarti, hingga... peristiwa kemarin. Sang perempuan kehilangan janin dalam rahimnya. Janin yang diharapkan lahir sebagai buah hati yang mereka idamkan. Kabar itupun sampai ke negeri seberang, di telinga sang lelaki. Lelaki yang nampak tangguh tak tergoyahkan, akhirnya luruh juga. Ia menangis... dan kami pun larut dalam sedih.
Tak satupun dari kami siap dengan kehilangan ini.
Pun denganku
Mungkin, jika sang janin itu tak sempat terlahir...
Itu satu cara agar kesuciannya terjaga....
Padahal sesungguhnya, ia, aku, kamu, kita semua sadar tak ada yang pernah abadi di atas dunia ini
selain Sang Pencipta...
Sebenarnya aku benci menuliskan lagi tentang sebuah kehilangan. Mungkin karena aku, dalam hidupku, banyak mengalami kehilangan. Tapi, entah mengapa kali ini aku tergerak untuk menuliskan kisah ini. Kisah penantian panjang seorang perempuan yang ingin kembali melahirkan kehidupan dari rahimnya. Untuk menemani hari-harinya yang jauh dari sang lelaki.
Perempuan ini memilih untuk menikahi laki-laki yang kemungkinan akan lebih banyak menghabiskan waktunya di lautan daripada bersamanya. Tak ada yang salah dengan perjodohan ini. Karena memang takdir telah mempertemukan mereka. Kehidupan berjalan penuh dinamika. Meskipun satu sama lain jarang bersua raga, tak sebutir kesetiaan dan kepercayaan luntur dari keduanya.
Tak ada konflik berarti, hingga... peristiwa kemarin. Sang perempuan kehilangan janin dalam rahimnya. Janin yang diharapkan lahir sebagai buah hati yang mereka idamkan. Kabar itupun sampai ke negeri seberang, di telinga sang lelaki. Lelaki yang nampak tangguh tak tergoyahkan, akhirnya luruh juga. Ia menangis... dan kami pun larut dalam sedih.
Tak satupun dari kami siap dengan kehilangan ini.
Pun denganku
Mungkin, jika sang janin itu tak sempat terlahir...
Itu satu cara agar kesuciannya terjaga....
Wednesday, May 04, 2011
tentang dia yang tak pernah beranjak dari hatiku
Pertemuan yang sama sekali tidak terduga. Aku tidak menyiapkan apapun untuk kembali berhadapan dengan dia, laki-laki yang dulu kupanggil Aa'... Sungguh, aku tidak berharap akan bertemu atau bercakap-cakap dengannya, saat aku bersedia membuatkan black forest untuk ulangtahun mas Ian, keponakannya. Karena, kupikir aku hanya mengantarkan kue ulang tahun di rumah kakaknya. Tidak terpikir sedikitpun dia akan ada di sana. Tapi yah... takdir mempertemukan kami tepat satu bulan setelah ulang tahun pertama Langit.
Saat retina mataku menangkap sosoknya keluar dari dalam rumah sesaat desir jantungku terhenti. Ya Allah inikah laki-laki yang berbulan bahkan tahun menghilang dari hidupku... Selama bertahun-tahun kami bersama, aku telah melahirkan semua perasaan yang pernah diciptakan Tuhan pada diri manusia. Cinta, sayang, kangen, benci, rindu, dendam, marah, bahkan rasa tanpa rasa. Dan, saat kami dipertemukan kembali oleh Sang waktu dengan kecanggungan yang akut, berjabat tangan seperti dua orang asing, bertanya kabar sekedarnya, semua rasa yang dari dulu pernah hadir seketika hadir kembali secara bersamaan. Semua itu memenuhi dadaku dan membuncah, menggelegak.
Mereka yang hadir di rumah itu akan tahu betapa rikuhnya aku. Sungguh aku tak mampu mendefinisikan rasa apa yang hadir saat itu. Buncahan rasa di dada ini sama sekali tak terdefinisikan. Layaknya pelangi, warna-warni pelangi yang membias kemudian kembali menyatu yang ada dan tersisa hanyalah warna putih. Itupun yang kurasakan saat tadi bertemu dengannya. Semua rasa yang selama ini terselip di lipatan hati dan memoriku seketika berhamburan bersamaan. Dan yang kurasakan hanya kosong... nisbi... kecanggungan yang akut...
Aku sadar, aku tak setangguh ksatria manapun dalam mengendalikan perasaan. Karena itu, tadi aku memutuskan untuk segera pamit. Saat berpamitan dengannya, kami sempat bercakap-cakap ringan tentang hal-hal lain yang bukan tentang kami. Entah mengapa, dia bersikap sangat baik padaku. Dia memberiku semangat untuk merampungkan kuliah. Dia memberiku masukan tentang bisnis yang akan kumulai. Ternyata dia tahu banyak tentang hidupku akhir-akhir ini. Sungguh... saat kami bercakap-cakap sejenak tadi, gelegak perasaanku sama sekali tak terbendung.
Ya Allah, ingin sekali aku memeluknya dan menangis di pundaknya seperti bertahun-tahun lalu. Ingin sekali aku mengatakan dia telah begitu menyakitiku. Ingin sekali aku mengatakan aku hampir menyerah menjalani semuanya sendiri. Ingin sekali membuatnya tahu, hidupku hancur dan berantakan setelah kami berpisah. Ingin sekali...
Tapi egoku membuatku bergeming dan menahan air mata. Egoku membuatku mengatakan aku baik-baik saja padanya dan menunjukkan aku mampu bertahan tanpanya. Egoku membuatku memberi jeda darinya.
Namun, sepanjang perjalanan pulang, entah mengapa aku sadar dan menyesal menuruti egoku. Di perjalanan pulang tadi, hampir saja aku kembali ke rumah kakaknya dan menyatakan semua perasaanku. Suara dalam kepalaku mengurungkan semua. Mungkin dia telah bahagia dengan hidupnya kini. Dan, itu bukan denganku. Aku menyesal? Mungkin... Karena saat aku menuliskan semua ini tangisku tak putus. Dadaku sesak tak mampu lagi menahan buncahan rasa. Pertahananku jebol.
Kejadian hari ini membuatku menyadari satu hal, dia, laki-laki yang dulu kupanggil Aa', tak pernah pergi ke mana-mana dari hatiku. Sekuat apapun aku menafikkan perasaanku padanya, aku tetap mencintainya dengan caraku. Sekuat apapun aku berusaha menghadirkan orang lain untuk aku cintai dan mencintaiku, Aa' tak pernah beranjak dari hati dan memori hidupku. Sesakit apapun luka yang ia sertakan dalam jejaknya di hidupku. Aku tetap mencintainya karena satu dan lain hal yang tak pernah aku pahami.
Aa'...
aku mencintaimu karena suatu sebab
aku membencimu karena suatu sebab
aku ingin menjauh darimu karena suatu sebab
aku merindumu karena suatu sebab
Sebab yang hingga kini tak mampu aku tafsirkan...
Aa'...
satu hal yang harus kamu tahu
ternyata kamu tak pernah beranjak dari hatiku
hingga kini...
di saat aku sadar telah ada orang lain di hidupmu bahkan hidupku
entah...
apa kita dipermainkan oleh takdir...
atau apa?
Kuserahkan semua pada Sang Waktu...
karena aku gagap dalam menafsirkan takdir...
Que aún te amo A'... ya sea por lo que, si hasta cuando ...
Saat retina mataku menangkap sosoknya keluar dari dalam rumah sesaat desir jantungku terhenti. Ya Allah inikah laki-laki yang berbulan bahkan tahun menghilang dari hidupku... Selama bertahun-tahun kami bersama, aku telah melahirkan semua perasaan yang pernah diciptakan Tuhan pada diri manusia. Cinta, sayang, kangen, benci, rindu, dendam, marah, bahkan rasa tanpa rasa. Dan, saat kami dipertemukan kembali oleh Sang waktu dengan kecanggungan yang akut, berjabat tangan seperti dua orang asing, bertanya kabar sekedarnya, semua rasa yang dari dulu pernah hadir seketika hadir kembali secara bersamaan. Semua itu memenuhi dadaku dan membuncah, menggelegak.
Mereka yang hadir di rumah itu akan tahu betapa rikuhnya aku. Sungguh aku tak mampu mendefinisikan rasa apa yang hadir saat itu. Buncahan rasa di dada ini sama sekali tak terdefinisikan. Layaknya pelangi, warna-warni pelangi yang membias kemudian kembali menyatu yang ada dan tersisa hanyalah warna putih. Itupun yang kurasakan saat tadi bertemu dengannya. Semua rasa yang selama ini terselip di lipatan hati dan memoriku seketika berhamburan bersamaan. Dan yang kurasakan hanya kosong... nisbi... kecanggungan yang akut...
Aku sadar, aku tak setangguh ksatria manapun dalam mengendalikan perasaan. Karena itu, tadi aku memutuskan untuk segera pamit. Saat berpamitan dengannya, kami sempat bercakap-cakap ringan tentang hal-hal lain yang bukan tentang kami. Entah mengapa, dia bersikap sangat baik padaku. Dia memberiku semangat untuk merampungkan kuliah. Dia memberiku masukan tentang bisnis yang akan kumulai. Ternyata dia tahu banyak tentang hidupku akhir-akhir ini. Sungguh... saat kami bercakap-cakap sejenak tadi, gelegak perasaanku sama sekali tak terbendung.
Ya Allah, ingin sekali aku memeluknya dan menangis di pundaknya seperti bertahun-tahun lalu. Ingin sekali aku mengatakan dia telah begitu menyakitiku. Ingin sekali aku mengatakan aku hampir menyerah menjalani semuanya sendiri. Ingin sekali membuatnya tahu, hidupku hancur dan berantakan setelah kami berpisah. Ingin sekali...
Tapi egoku membuatku bergeming dan menahan air mata. Egoku membuatku mengatakan aku baik-baik saja padanya dan menunjukkan aku mampu bertahan tanpanya. Egoku membuatku memberi jeda darinya.
Namun, sepanjang perjalanan pulang, entah mengapa aku sadar dan menyesal menuruti egoku. Di perjalanan pulang tadi, hampir saja aku kembali ke rumah kakaknya dan menyatakan semua perasaanku. Suara dalam kepalaku mengurungkan semua. Mungkin dia telah bahagia dengan hidupnya kini. Dan, itu bukan denganku. Aku menyesal? Mungkin... Karena saat aku menuliskan semua ini tangisku tak putus. Dadaku sesak tak mampu lagi menahan buncahan rasa. Pertahananku jebol.
Kejadian hari ini membuatku menyadari satu hal, dia, laki-laki yang dulu kupanggil Aa', tak pernah pergi ke mana-mana dari hatiku. Sekuat apapun aku menafikkan perasaanku padanya, aku tetap mencintainya dengan caraku. Sekuat apapun aku berusaha menghadirkan orang lain untuk aku cintai dan mencintaiku, Aa' tak pernah beranjak dari hati dan memori hidupku. Sesakit apapun luka yang ia sertakan dalam jejaknya di hidupku. Aku tetap mencintainya karena satu dan lain hal yang tak pernah aku pahami.
Aa'...
aku mencintaimu karena suatu sebab
aku membencimu karena suatu sebab
aku ingin menjauh darimu karena suatu sebab
aku merindumu karena suatu sebab
Sebab yang hingga kini tak mampu aku tafsirkan...
Aa'...
satu hal yang harus kamu tahu
ternyata kamu tak pernah beranjak dari hatiku
hingga kini...
di saat aku sadar telah ada orang lain di hidupmu bahkan hidupku
entah...
apa kita dipermainkan oleh takdir...
atau apa?
Kuserahkan semua pada Sang Waktu...
karena aku gagap dalam menafsirkan takdir...
Que aún te amo A'... ya sea por lo que, si hasta cuando ...
Friday, April 29, 2011
Antologi FF Selaksa Makna Ramadhan
Telah terbit di LeutikaPrio!!!
Judul : Selaksa Makna Ramdhan
Penulis : Dang Aji, Tridju Pranowo, dkk
Tebal : iv + 291 hlm
Harga : Rp 56.400,-
Sinopsis:
Begitu beragam inspirasi yang bisa dimaknai dalam bulan suci Ramadhan. Sebuah bulan mulia yang sengaja Allah turunkan bagi keberkahan seluruh umat islamdi atas bumi. Inspirasi-inspirasi itu coba dibagi oleh para penulis dalam buku sederhana ini.Buku ini berisi 200 kisah sarat makna dari 425 naskah yang masuk dalam even Lomba Menulis yang didukung oleh Group Untuk Sahabat dan Blog Cerpen Tiga Tujuh.Selain itu, terdapat pula 11 cerita komedi pilihan yang dirangkum dari kisah seputar Hari Raya Qurban.Cerita menarik yang diracik dengan apik dalammenyampaikan pesan religius melalui seekor kambing qurban.Kisah-kisah inspiratif dalam buku ini dapat menjadi pilihan bacaan yang segar dalam memaknai hadirnya setiap momen spiritualyang kian melengkapi hidup kita menuju indahnya jalan Illahi.
Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!
::>Alhamdulillah buku kedua yang terbit di tahun 2011<::
Judul : Selaksa Makna Ramdhan
Penulis : Dang Aji, Tridju Pranowo, dkk
Tebal : iv + 291 hlm
Harga : Rp 56.400,-
Sinopsis:
Begitu beragam inspirasi yang bisa dimaknai dalam bulan suci Ramadhan. Sebuah bulan mulia yang sengaja Allah turunkan bagi keberkahan seluruh umat islamdi atas bumi. Inspirasi-inspirasi itu coba dibagi oleh para penulis dalam buku sederhana ini.Buku ini berisi 200 kisah sarat makna dari 425 naskah yang masuk dalam even Lomba Menulis yang didukung oleh Group Untuk Sahabat dan Blog Cerpen Tiga Tujuh.Selain itu, terdapat pula 11 cerita komedi pilihan yang dirangkum dari kisah seputar Hari Raya Qurban.Cerita menarik yang diracik dengan apik dalammenyampaikan pesan religius melalui seekor kambing qurban.Kisah-kisah inspiratif dalam buku ini dapat menjadi pilihan bacaan yang segar dalam memaknai hadirnya setiap momen spiritualyang kian melengkapi hidup kita menuju indahnya jalan Illahi.
Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!
::>Alhamdulillah buku kedua yang terbit di tahun 2011<::
Friday, April 15, 2011
Aku Pemenangnya...
pemenang adalah
ia yang tegak berdiri dan tersenyum
di akhir permainan...
Itu yang pernah kutuliskan beberapa waktu lalu. Dan, aku baru benar-benar meresapi semua itu belakangan ini.
Kini, aku tak lagi ingat seberapa sakit luka yang pernah kau torehkan.
Aku juga tak lagi menangis, saat mendengar, melihat, atau bersinggungan dengan apapun tentangmu.
Justru sekarang, aku lebih banyak bersyukur. Bersyukur karena aku masih diberi kekuatan untuk bertahan hingga kini. Tak hanya bertahan, tapi kekuatan untuk bangkit pun tercurah padaku.
Memang, aku tak dapat katakan aku sepenuhnya bahagia atau hidupku mudah-mudah saja. Tapi semua itu tergantikan dengan rasa syukur dan ikhlas.
Mungkin benar, saat kita menyerahkan semua yang terjadi kepada Allah SWT dan ikhlas, maka langkah akan lebih ringan.
Sampai titik ini, aku bisa katakan, Aku Pemenangnya, A'...
;)
ia yang tegak berdiri dan tersenyum
di akhir permainan...
Itu yang pernah kutuliskan beberapa waktu lalu. Dan, aku baru benar-benar meresapi semua itu belakangan ini.
Kini, aku tak lagi ingat seberapa sakit luka yang pernah kau torehkan.
Aku juga tak lagi menangis, saat mendengar, melihat, atau bersinggungan dengan apapun tentangmu.
Justru sekarang, aku lebih banyak bersyukur. Bersyukur karena aku masih diberi kekuatan untuk bertahan hingga kini. Tak hanya bertahan, tapi kekuatan untuk bangkit pun tercurah padaku.
Memang, aku tak dapat katakan aku sepenuhnya bahagia atau hidupku mudah-mudah saja. Tapi semua itu tergantikan dengan rasa syukur dan ikhlas.
Mungkin benar, saat kita menyerahkan semua yang terjadi kepada Allah SWT dan ikhlas, maka langkah akan lebih ringan.
Sampai titik ini, aku bisa katakan, Aku Pemenangnya, A'...
;)
Wednesday, April 13, 2011
Menunggu Pinangan Tuhan
cinta...
untaian aksara macam apa kau itu
kau datang tiba-tiba
menghilang pun tanpa jeda sejenak
cinta...
tak pernah mampu mereka-reka kedalamannya
bagaimana mungkin
cinta yang pada mulanya begitu kuat, menggebu, bergelora
mendadak hilang dan pupus
atau kebencian yang mengakar seketika redam
dan menjelma menjadi cinta dan sayang...
seseorang berkata
agar aku, kamu, dia, mereka benar-benar menemukan cinta...
karena sungguh, entah untuk alasan apa
aku benar-benar ingin menemukan cinta
jika demikian,
haruskah aku menunggu pinangan Tuhan?
atau pertanyaan mungkin harus diganti,
mungkinkah aku melihat Tuhan pada diri seseorang...
sehingga aku dapat temukan dan rasakan
apa itu cinta...
namun, menunggu pinangan Tuhan???
ah... untuk sekedar menunggu saja aku sudah segan...

*inspirasi ringan dari sebuah film India yang dibintangi Sharukh Khan, 12 April 2011
untaian aksara macam apa kau itu
kau datang tiba-tiba
menghilang pun tanpa jeda sejenak
cinta...
tak pernah mampu mereka-reka kedalamannya
bagaimana mungkin
cinta yang pada mulanya begitu kuat, menggebu, bergelora
mendadak hilang dan pupus
atau kebencian yang mengakar seketika redam
dan menjelma menjadi cinta dan sayang...
seseorang berkata
karena aku melihat Tuhan dalam dirinya, maka aku mencintainyaharuskah Tuhan merendahkan diri dan menjelma serupa manusia
agar aku, kamu, dia, mereka benar-benar menemukan cinta...
karena sungguh, entah untuk alasan apa
aku benar-benar ingin menemukan cinta
jika demikian,
haruskah aku menunggu pinangan Tuhan?
atau pertanyaan mungkin harus diganti,
mungkinkah aku melihat Tuhan pada diri seseorang...
sehingga aku dapat temukan dan rasakan
apa itu cinta...
namun, menunggu pinangan Tuhan???
ah... untuk sekedar menunggu saja aku sudah segan...

*inspirasi ringan dari sebuah film India yang dibintangi Sharukh Khan, 12 April 2011
Saturday, April 09, 2011
Menantimu
menantimu
bukan sekedar menanti jodohku
bukan pula menanti ritual penggenap kehidupan
aku menantimu karena
cinta...
itu saja...
bukan sekedar menanti jodohku
bukan pula menanti ritual penggenap kehidupan
aku menantimu karena
cinta...
itu saja...
Tuesday, April 05, 2011
Persimpangan
aku berada persimpangan
dan menunggu
entah siapa, apa, dan kapan penantian ini berakhir
entah percuma atau tidak
menunggu seseorang yang terus sibuk dengan pilihan
entah mengapa,
slalu aku tertambat pada ia yang mempunyai banyak pilihan...
entah aku atau siapa yang terpilih
yang kuyakin tak ada yang percuma untuk sebuah penantian
...
aku tak bangga menjadi yang pertama di hidup seseorang
yang kumau
menjadi terakhir dan satu-satunya
maka kini...
kulepaskan kau terbang bebas
hingga nanti kau lelah dan mencari jalan pulang
temui aku di persimpangan ini
dan menunggu
entah siapa, apa, dan kapan penantian ini berakhir
entah percuma atau tidak
menunggu seseorang yang terus sibuk dengan pilihan
entah mengapa,
slalu aku tertambat pada ia yang mempunyai banyak pilihan...
entah aku atau siapa yang terpilih
yang kuyakin tak ada yang percuma untuk sebuah penantian
...
aku tak bangga menjadi yang pertama di hidup seseorang
yang kumau
menjadi terakhir dan satu-satunya
maka kini...
kulepaskan kau terbang bebas
hingga nanti kau lelah dan mencari jalan pulang
temui aku di persimpangan ini
Memenangkan Hatimu
Sejak dulu mas...
Memenangkan hatimu itu perkara tak mudah
bagiku...
Sejak dulu...
dan saat kali ini kau kembali hadir
sebagai seorang kawan lama
benteng kokoh telah kubangun tuk membatasi semua
aku tak ingin terjebak untuk kembali memenangkan hatimu
namun...
bentengku lapuk...
aku merasakan getaran itu lagi mas...
dan aku kembali terjebak
untuk memenangkan hatimu, yang semakin tidak mudah...
aku menunggumu tuk memilihku, mas...
Memenangkan hatimu itu perkara tak mudah
bagiku...
Sejak dulu...
dan saat kali ini kau kembali hadir
sebagai seorang kawan lama
benteng kokoh telah kubangun tuk membatasi semua
aku tak ingin terjebak untuk kembali memenangkan hatimu
namun...
bentengku lapuk...
aku merasakan getaran itu lagi mas...
dan aku kembali terjebak
untuk memenangkan hatimu, yang semakin tidak mudah...
aku menunggumu tuk memilihku, mas...
Monday, April 04, 2011
yang hendak kutuliskan untukmu
ada jeda di antara kita
tak jauh
tapi cukup membuatku tersiksa
tak bisa memelukmu di saat bahagia ini
ada yang hendak kutuliskan untukmu
tentang sebuah rindu
tentang sebuah kasih yang tulus
tentang sebuah perayaan dan doa
tentang kamu
tapi tunggulah sejenak
karena saat ini semua kataku kelu
karena aku hanya ingin ada di sampingmu
happy birthday dear Langit
tak jauh
tapi cukup membuatku tersiksa
tak bisa memelukmu di saat bahagia ini
ada yang hendak kutuliskan untukmu
tentang sebuah rindu
tentang sebuah kasih yang tulus
tentang sebuah perayaan dan doa
tentang kamu
tapi tunggulah sejenak
karena saat ini semua kataku kelu
karena aku hanya ingin ada di sampingmu
happy birthday dear Langit
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ketika Yang Tersisa Hanyalah Air Mata
Hey kamu... Iya kamu... Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku dengan jan...
-
Hey kamu... Iya kamu... Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku dengan jan...
-
Kali ini aku menekuri jejak jejak kenangan kita Tapi kali ini hanya ada aku Kali ini tangan ini tak lagi ada dalam genggaman tanganmu Me...