Gamang Kau genggam tanganku Erat Kau letakkan di dadamu Aku dan kamu hening dalam tabir Keriuhan stasiun tua itu tak dapat hapuskan hening yang kita lahirkan Aku harus pergi cinta.... Kau hanya diam Lekat memandangku dan airmataku hanya menetes saat bibirmu sentuh keningku Pergilah.... Katamu saat itu Kata yang tercekat itu membuatku pedih Aku akan kembali untukmu Aku akan jadi shintamu Yang tetap bergeming pada rayu Rahwana Aku akan kembali... Janjiku ini serupa senja yang selalu hadir menyambut malam Pelukanmu melemahkanku sayang Aku tentu bukan srikandi yang tetap akan berangkat berperang apapun yang terjadi Aku hanya perempuanmu Memandang punggungmu yang menjauh dari pintu stasiun tua itu membuat hatiku bergetar Ya.... aku mencintai lelaki itu Tuhan... Takdir macam apa ini yang memisahkan dua orang kekasih dengan jarak yang menyesakkan Aku pergi Untuk kembali suatu saat Untuk memeluk punggungmu lagi di stasiun tua ini Bahkan keretapun belum berangkat Dan aku telah merindukanmu
Bukit itu masih sama Pohon itu juga Kokoh di sana Pohon kita Tempat kita sembunyikan impian dan kisah.... cinta Ingatkah kau tentang pohon itu sayang? Ah tentu kau sudah lupa Jelaga perkotaan telah menyumbat memorimu Pohon itu masih sama Rindang.... Selalu melindungi kita di saat terik Dahannya masih kokoh dan besar Ingat kan kita berdua saja tak bisa memeluknya? Tidak? Ah kau terlalu sayang Kau begitu rekat dibalut jubah keangkuhan Bahkan memori tentang pohon kita saja tak kau ingat.... Padahal....
Pohon itu terus mengingat semuanya.... Tak satu kisahpun ia lupakan Aku ingin menjadi seperti pohon itu... Ia menawarkan keteduhan Menawarkan tempat bagi kita berbagi rahasia Tanpa harap balas Jika kita telah puas Ia rela melepas kita melanjutkan langkah Tak ada dendam Atau kesombongan Kau tahu mengapa aku kembali ke sini.... Aku rindu pohon ini Aku rindu berlindung pada ia yang tak peduli balas Di kotamu itu Kota yang selalu kau banggakan kebesaran dan kehebatannya Di kota yang hanya memberimu jelaga kesombongan Aku tak temukan pohonku... Tak temukan apa-apa Kaupun menjadi asing bagiku Bagi pohon kita Bagi kisah kita....
Dan kini aku kembali mengecap rasa sepi Diantara riuh, gelak, dan celoteh mereka Aku menjadi asing pada tubuh, tutur, pikir, dan gerak ini Perempuan ini kini Begitu yakin pada arahnya Meskipun onak dan empedu telah diterimanya Aku asing pada tubuh ini Di antara secuil kegamangan, ada secercah asa yang hendak ia perjuangkan Sebelum ia takluk dalam takdir Aku menjadi asing....
Menuntaskan tugas seorang Anak itu tak mudah.
Dalam hidup, seorang anak memiliki banyak tugas yang harus ia lakukan sebelum benar dibilang "mentas".
Di kamus hidupku, lulus kuliah dan mendapat pekerjaan "impian" orang tua adalah salah satu tugasku sebagai anak. Bukan tugas mungkin, tapi sebagai bentuk terima kasih dan pengabdian kepada orang tua.
Aku mungkin bukan anak yang "tepat waktu" dalam mewujudkan harapan orang tua.
Setelah penantian panjang...
Paling tidak ada kado istimewa yang bisa aku persembahkan untuk mereka, sebuah kado yang tertunda.
Finally Maret 2013
Dua keluarga jadi satu...
Papa Mama (Berbaju Coklat) akhirnya tugasku yang satu ini tuntas...
Maaf jika tertunda sekian lama...
Tinggal satu lagi, sebelum aku "mentas"
Semoga ku masih mampu persembahkan senyum di wajah-wajah itu...
aku tak berani menghitung waktu begitu menakutkan cepat berlalu dan tak berjejak aku tak berani mengukur jarak semu dan menipu kadang terasa dekat, tapi harus bermil menemuinya kadang terasa jauh hanya karna tak rasakan hadirnya semua terasa maya jika dicerna dengan akal sehatku begitu abstrak dirasa tapi tak dapat disentuh disentuh tapi tak berwujud.... takutku pada waktu dan jarak adalah... takutku merindumu
sahabat sejati itu akan ada di saat-saat terburuk kita... maka saat terpuruk pejamkan matamu, kemudian buka perlahan, lihat sekelilingmu, pandang satu persatu mata mereka yang menopangmu di saat terpuruk, dan ingat mata-mata itu... dan saat esok kau mampu bangkit, berdiri tegak, jangan lepaskan genggamanmu dari tangan-tangan mereka
Siapa sangka, kepiluan Eyang Habibie ditinggal oleh Eyang Ainun berbuah karya yang mampu membuat kita meresapi keagungan cinta sejati. Berawal dari diagnosis dokter bahwa Eyang Habibie mengalami penyakit kejiwaan yang dinamakan Psikosomatik Malignant, yang dapat merenggut kesadaran dan menurunkan kesehatan Eyang Habibie. Dokter dari Jerman dan Indonesia pun memberikan alternatif pengobatan, salah satunya dengan menuliskan dan mengungkapkan perasaan dan kegalauannya.
Alhasil, berbuahlah sebuah karya buku berjudul Habibie & Ainun, dan ternyata kemudian dikembangkan dalam film dengan judul serupa.
Aku selalu percaya bahwa menulis mampu menjadi terapi untuk pemulihan luka, terlebih luka psikis atau batin. Apa yang mungkin dialami oleh Eyang Habibie juga pernah saya alami. Bedanya kalau Eyang Habibie menuliskannya dalam bentuk buku, kisah saya tertuang dalam blog ini.
Cinta sejati memang hanya dapat kita definisikan jika nantinya hanya maut yang memisahkan keduanya. Mengapa kisah cinta Eyang Habibie dan Ainun terkesan lebih meresap ke lubuk hati dan menyentuh bagian terdalam siapapun yang membaca atau menonton kisahnya? Mungkin jawabannya adalah karena faktor kedekatan. Their love story is real. Mungkin Layla Majnun atau Romeo dan Juliet memiliki kisah yang sama memilukan tentang kisah cinta sejati, tapi di mana mereka, jauh dari jangkauan akan dan indera dari kita masyarakat awam di Indonesia.
Berkali-kali melihat dan menyimak bagaimana eyang Habibie mengisahkan betapa beliau mencintai eyang Ainun, membuat saya berulang kali terhenyak. Ada yang meleleh dari dalam sanubari saya. Ada yang mengusik ketenangan kesadaran saya.
Cinta mereka begitu agung terlihat, seperti dongeng pengantar tidur tepatnya. Tapi mereka nyata.
Sejatinya cinta memang harus demikian, sesakit apapun rasanya ketika mereka terpisahkan oleh maut, selalu ada cerita yang indah. Bahkan setiap gamitan tangan keduanya, posisi tidur di tempat tidur, amarah kecil, selalu menjadi indah untuk dikisahkan.
Sejatinya cinta, akan selalu menjadi indah, pertemuan atau perpisahan, tak pernah benar-benar menjadi luka sedih, hanya bagian dari kisah indah.
Sayang...
Mencintaimu adalah takdirku
Aku tahu itu, Kaupun Juga
Adaku Menggenapkanmu
Aku tahu itu, Kaupun Juga
Ikatan kita tak serapuh kulit ari
Kita pun tahu itu, ya kan?
Sayang...
Aku perempuanmu
Tak perlu kau tanya kepastiannya
pada gulungan ombak yang memecah hening di pantai kita
Kau lelakiku
Bahkan langitpun telah mencatat nama kita
di setiap lapis udara dan kehampaan
Sayang...
Tapi tahukah kau?
Keraguanmu itu menyakitiku
kecurigaanmu itu melukaiku...
Sayang...
Kau tak ubahnya Rama yang ragukan kesetiaan Shinta
Aku jengah sayang...
Sayang, aku mencintamu...
Curigamu hanya menyanderaku pada cintamu
Aku ingin terbang bebas denganmu di sisiku
Bukan terkurung oleh ketakutanmu
Sayang...
Tahukah kamu?
Aku takut curigamu mengikis rasaku...
Hubungan cinta laki-laki dan perempuan itu sungguh rumit, benar kan?
Dalam sebuah hubungan, hanya akan bertahan yaahh paling 3-4 tahun lah. Lebih dari itu kadar cinta akan berkurang dan harus dipupuk dengan komitmen dan kepercayaan. Sesederhana itu?
Sepertinya tidak...
Karena perkara komitmen dan kepercayaan itu pun sama rumitnya dengan urusan cinta.
Saya suka dengan analogi cinta pasir
Cinta itu ibarat pasir dalam genggaman. Jika kau menggenggamnya terlalu erat, maka ia akan keluar dari sela-sela jarimu. Biarkan telapakmu terbuka, maka ia akan tetap pada tempatnya...
Percaya akan komitmen yang telah dibuat berdua itu harga mati.
Kamu hanya perlu percaya, karena pasangan akan leluasa menjaga kepercayaan daripada memusingkan diri dengan kecurigaan.
Jadi bukan kata-kata "Aku percaya kamu kok sayang, tapi..." yang harus kamu katakan
Tetapi
"Aku percaya kamu, jaga kepercayaan aku ya sayang..."
Karena dalam kepercayaan itu hanya ada "Percaya.(period)"
Berasa dihantam ama palu godam, jiaaahhh lebay.... Tapi emang gitu rasanya, waktu aku tahu banyak tulisan aku di blog ini di-copas abis ama salah satu blog -.-
Semua berawal ketika aku ingin memastikan tulisan-tulisan yang sedang aku kerjakan untuk salah satu web (penulis lepas untuk web nih) itu bebas dari plagiasi sekalian coba Copyscape. Waktu aku cek, Alhamdulillah tulisan aku clean. Nah iseng-iseng nih aku cek apa ada yang copas tulisan aku di blog ini.
Dan taraaaa..... ternyata banyak banget yang asal comot dari tulisanku di sini. Tapi yang paling bikin aku shock adalah salah satu blog yang abiisssss copas tulisan di blog ini.
Sumpah aku bingung awalnya, kok aku yang bukan penulis hebat atau ternama, tapi kenapa si mbak Diana Verlita ini memilih tulisan aku untuk dicuri?
Marah dan jengkel, itu yang kurasakan. Bukan karena sok pengen dihormati atau apa, tapi kalau saja mbak Diana ini sedikit cerdas, dia pasti tahu semua yang aku tuliskan di blog ini adalah sintesa dari pengalaman kehidupan.
Aku waktu nulis semua kata di blog ini juga bisa sambil nangis, tersipu bahagia, atau mungkin tertawa. Rasanya seperti melihat anak yang kita lahirkan diculik dan diakui sebagai anak orang lain.
Kasihan si mbak Diana ini, dia mencuri pada orang yang salah. Aku baru penulis ece-ece setingkat blogging, content web, atau cerpen yang 1-2 kali muncul di media.
Dia harusnya mencuri pada penulis yang hebat, tapi mungkin dia takut diperkarakan di jalur hukum kalau mencuri pada mereka yang punya NAMA. Sementara jika mencuri pada penulis yang ece-ece, mana sih ada orang yang peduli, mungkin begitu pikirnya.
Tapi, ambillah hikmah dari semua ini, itu kata orang bijak dan kawan-kawan terdekat. Ya.. hikmahnya, gila ternyata tulisanku lumayan lah kerennya sampe ada orang yang suka dan copas abis hehehehe boleh ya narsis dikit ^.~
Dan satu lagi, paling gak apa yang dilakukan mbak Diana ini bikin saya pengen bales dendam, how? Saya bakal penuhin blog ini dengan tulisan lagi. Dan bagi mbak Diana atau yang sejenisnya di luar sana, silahkan tenggelam pada kebanggaan semu kalian, pencuri tidak akan bisa selamanya sembunyi, bener kan?