No Dangdut, No Love

Bener kali ye...kalau semua orang bilang cinta itu bikin kita yang waras jadi sableng. Aku sih pertamanya nggak percaya sedikit pun. Tapi saat aku ngalamin sendiri yang namanya JATUH CINTA, aje gile... Kalau bisa kepala jadi kaki, kaki jadi kepala deh...biar si pujaan hati ngelirik aku.
And you know what, itu semua terjadi pas aku esempe. Terserah deh ya kalau mau bilang aku kegatelan atau apa. Anyway, ceritanya waktu itu aku kelas dua esempe, aku naksir ama cowok yang yah...lumayan jadi bintang sekolah. Pinter udah pasti selain itu juga dia gape main musik. Namanya Shuman.
Seperti yang udah aku bilang tadi, nih cowok (a.k.a. Shuman) famous abis. Gak ada satupun anak di sekolahku yang nggak kenal ama dia. Dan itu yang bikin perjuangan cinta aku kerasaaaaaa berat banget. Ya, cuma buat aku yang ordinary student di sekolah, this is a big challenge, you know. Saat ku sadar kalau aku ternyata punya feeling ama tuh cowok, aku mulai muter otak dan pasang strategi untuk memenangkan hatinya.
Ngomong-ngomong soal memenangkan hati. Kompetisi emang nggak hanya dikuasai ama bidang yang namanya olahraga. Atau juga ajang kontes-kontesan. Bahkan untuk urusan yang namanya percintaan, prinsip kompetisi (kalau nggak mau dibilang persaingan) itu masih berlaku. Ya, gimana nggak, jumlah cowok di dunia lebih dikit dibanding cewek. Nggak nanggung 1:4 lagi. So, buat para cewek di dunia welcome to the world of competition. Siapa yang punya jurus paling jitu buat dapeting cowok dialah pemenangnya. Ops...Ops... Nggak usah kaget, it's reality...
Waktu itu, orang-orang terdekatku, sahabatku, mulai nyium gelagat kalau aku naksir ama cowok. Waktu kita lagi ngumpul di kantin. Tina deketin aku sambil berbisik.
"Na, kamu lagi naksir cowok, ya?" tanya Tina, waktu itu.
"Lah, ngaco kamu kalau ngomong, emang tahu dari mana?" Tanyaku balik sambil senyum-senyum.
"Ye...nggak mungkin lah kita ngaco. Kamu loh jarang-jarang care ama penampilan. Pake lip gloss segala. Ini bukan Nana yang biasa." Kinan menukas.
Aku menanggapi kata-kata mereka dengan senyum terkulum.
"Tuh kan senyum-senyum nggak jelas. Udah nih pasti, siapa sih cowok yang bikin kamu aneh kayak gini?" Tina mulai nggak sabar. Aku mulai salah tingkah mendengar pertanyaan demi pertanyaan dari mereka.
Sambil terus memainkan sedotan minumanku, aku memandangi mereka dengan tersenyum-senyum nakal. Mereka sepertinya tidak sabar melihat reaksiku. "Na...ayo dong bilang ke kita, siapa yang bikin kamu kayak orang aneh gini." Kinan mulai membujuk lagi. Aku tidak mempedulikan mereka dengan tetap makan pangsit yang kupesan. Lama tak kurespon pertanyaan mereka akhirnya mereka diam dan melanjutkan memakan makanan mereka masing-masing.
Kemudian, tiba-tiba aku tersedak dan batuk-batuk. Pandanganku tak lepas dari Shuman yang baru saja masuk kantin. Aku tersedak karena sambal pangsitku membuat tenggorokanku panas. Tina dan Kinan berebut memberiku minum. "Duh, kamu kok bisa sih Na...pelan-pelan dong kalo makan." kata Tina. "Tauk nih kayak lihat setan aja." Kata Kinan kemudian.
Kinan lantas memandang sekeliling. Kemudian ia berteriak histeris ke arahku. "Nana !!! Jangan bilang kamu suka ama Shu..." Aku segera membungkam mulut Kinan dan menghentikan kata-katanya sebelum ia menyebutkan nama yang selama ini meneror hari-hariku. Melihat kelakukanku Kinan dan Tina kemudian tertawa dan giliran mukaku yang memerah menahan malu.
***
Makin hari suasana di SMP Cinta Bangsa semakin heboh dengan keberadaan Shuman. Shuman menjadi rebutan tidak hanya anak kelas dua tapi juga kelas satu dan tiga. Ke manapun Shuman berjalan selalu disambut dengan teriakan histeris dari cewek-cewek di sekolahku. Termasuk aku, tapi bedanya aku cuma berteriak dalam hati. Hihihihi bukannya apa-apa, aku malu teriak-teriak keganjenan di depan teman-temanku. Tapi tetap saja mereka selalu menggodaku setiap kami berpapasan dengan Shuman. Satu hal yang selalu membuat pipiku memerah karena malu.
Pada suatu hari, Kinan datang dengan senyum terkulum. Aku dan Tina memandang heran ke arahnya. "Ada apa sih, Kin? Kamu senyum-senyum kayak gitu." tanya Tina. Kinan yang ditanya malah duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Kemudian ia mengarahkan tubuhnya ke arah kami, tetap dengan senyum terkulum di bibirnya. "Ehm...aku punya info soal Shuman." Kata Kinan pada akhirnya.
Mendengar itu serasa ada makhluk aneh yang melonjak-lonjak dalam dadaku. Reaksi diamku disambut keheranan oleh kedua temanku. "Kok kamu diem aja Na, bukannya kamu lagi naksir dia. Tuh Kinan punya info soal Shuman." Sergah Tina.
Aku memandang ke arah Kinan dan kemudian berkata "Emang info apa?" Tanyaku malu-malu dengan suara pelan.
"Ehm....kalian pasti kaget waktu aku kasih tahu hal ini. Aku baru aja dikasih tahu ama Dimas, anak OSIS, dia bilang Shuman bakal nyumbang buat acara Pensi besok." Kinan menghentikan kata-katanya karena melihat ekspresi kami yang keheranan.
"Trus emang kenapa kalo dia nyumbang acara, kan emang dia ngeband, so...nggak ada yang aneh kan." Kata Tina.
"Yeee....aku belum selesai ngomong, kalau gitu aja emang nggak aneh. Kalian harus denger dulu yang satu ini. Gimana kalau aku bilang kalau ternyata bandnya Shuman itu band dandut alias orkes." Kinan berhenti bicara dan berlanjut dengan teriakan kami. "Apaaaa!!! Teriakan kami sontak membuat seisi kelas menoleh ke arah kami.
"Kalian ini apa-apaan sih, nggak usah teriak-teriak gitu dong." Kata Kinan kemudian. Aku menarik Kinan agar mendekat, kemudian aku berkata "Uhm...emang bener ya, Shuman itu vokalis orkes dangdut. Kamu yakin?" Aku mencoba memastikan info yang baru saja kudengar.
"Yup...Soalnya si Shuman dah pasti ngisi acara di Pensi." jawab Kinan. Mendengar jawaban pasti dari Kinan aku terhenyak di kursi. "Kok bisa ya, cowok sekeren Shuman mau jadi penyanyi dangdut. Hufhhhh.... " aku berkata kemudian menghela nafas. Kata-kataku disambut cekikikan Tina dan Kinan.
***
Sejak saat itu aku terus memikirkan kenyataan bahwa Shuman (a.k.a. cowok yang aku suka) ternyata doyan banget ama musik dangdut (a.k.a. musik yang selama ini aku anggap sebelah mata). Hufhh... aku bingung harus gimana. Nerusin usaha buat pedekate ke Shuman, yang udah pasti didukung ama teman-temanku, atau mundur cuma karena musik dangdut.
Fakta tentang Shuman yang jadi vokalis band dangdut telah menyebar seantero sekolah. Ada yang memandang sebelah mata ada pula yang pada akhirnya terkagum-kagum juga dengan pilihan Shuman. Yang pasti satu sekolah udah nggak sabar untuk lihat penampilan Shuman.
Aku semakin bingung dengan semua ini. Aku jadi jarang bersama dengan Kinan dan Tina. Mereka juga bingung melihat perubahanku. "Kamu jangan gini terus dong, ayo semangat. Mana Nana yang kita kenal?" kata Tina suatu hari di rumahku. Mereka berkumpul di rumahku setelah berhari-hari melihatku murung. Mendengar apa yang dikatakan Tina aku semakin lemas dan hanya tiduran saja di sofa. Kinan dan Tina saling memandang. Kemudian Kinan mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Ia menyerahkan sebuah CD kepadaku. Aku menerimanya dengan terbengong-bengong. Setelah kuperhatikan CD itu merupakan CD karaoke kompilasi lagu dangdut. Kupandangi dua sahabatku dengan keheranan.
"Kita udah daftarin kamu diem-diem buat ngisi pensi. Dan kita di sini buat ngajakin kamu latihan nyanyi pake CD ini." Tina berkata dengan riang.
"Ga mungkin lah... mana mungkin aku nyanyi lagu dangdut. Tapi..." tiba-tiba kugantungkan kata-kataku. Aku mencoba memikirkanya kembali Kemudian aku berkata dengan semangat " Ok deh aku coba, tapi kalian bantu aku ya..." kata-kataku disambut gembira Kinan dan Tina. Kami berpelukan dengan tertawa.
Segera aku buka pembungkus CD itu dan meletakkannya dalam playerku. Tak lama kemudian dari dalam rumahku telah mengalun lagu-lagu dangdut lengkap dengan suaraku yang mencoba menyanyikan lagu tersebut dengan benar. Sesekali Kinan dan Tina ikut bernyanyi. Kami menghabiskan hari itu dengan canda tawa, tentunya juga dengan musik dangdut.
***
Hari penentuan pun tiba. Pentas seni akhir tahun, acara yang paling ditunggu-tunggu semua cewek di SMP Cinta Bangsa. Karena hari ini Shuman akan main dengan bandnya. Aku juga deg-degan nunggu hari ini. Gimana nggak, gara-gara temanku yang super duper kreatif itu, aku harus ikutan juga ngisi acara di pensi ini.
Di belakang panggung, aku nggak pede sama sekali. Meskipun ada Kinan dan Tina yang nemenin aku. Aku dapat nomor terakhir untuk tampil. Fiuuuhhhh.....tambah nervous. Tiba-tiba ia berhenti di hadapanku, "Kamu tampil juga? semangat ya." katanya. Aku mengangguk seketika. "Eh...Iya...iya...terima kasih..." Aku tergagap menjawabnya. Tina dan Kinan yang ada di sampingku menyemangatiku juga.
Tak terasa namaku dipanggil. Aku naik ke atas panggung dengan sisa-sisa semangat yang ada. 'Demi Shuman apapun akan kulakukan' tekatku dalam hati. Di atas panggung, aku dapat melihat semua orang yang ada di depan panggung melihat ke arahku. Termasuk Shuman yang berdiri di samping panggung setelah menyanyikan lagu dangdut. Yang tadi disambut histeris dari seisi aula.
Lagu Terlena yang dipopulerkan oleh Ike Nurjanah itu terlantun dari bibirku. Sesekali aku juga bergoyang seiring musik yang mengalun. Aku menghabiskan satu lagu itu dan disambut dengan tepukan tangan. Aku turun dan menuju belakang panggung. Di belakang panggung aku disambut oleh Kinan dan Tina dengan pelukan. Kami pun tertawa lepas.
Kemudian, tiba-tiba kudengar seseorang memanggil namaku. Begitu kulihat ternyata Shuman. Ia mendekati kami. Seketika Kinan dan Tina menjauh. "Suara kamu bagus. Nanti pulang sendiri, boleh ku antar?" katanya dan kusambut dengan anggukan.
Begitulah, sejak saat itu hubunganku dan Shuman semakin dekat dan akhirnya kami pacaran. Semua gara-gara musik dangdut. Kalau aku nggak belajar nyanyi dangdut, aku dan Shuman nggak bakal jadian. Hehehehe...I'm the Winner...
***

Comments

Popular posts from this blog

Pengingat Karya

Apakah Catatan Saya Berguna??

Kesetiaan itu Langka tapi Ada