Kembali Belajar Ikhlas
Aku selalu percaya bahwa Perempuan diciptakan dengan ruang kesabaran dan keikhlasan yang tak terbatas. Sehingga meskipun terus menerus diuji dan diberikan "sentuhan" kasih sayang dari Allah, Mereka, Kita, Aku, Perempuan akan mampu menjalaninya dengan ikhlas dan sabar...
Bukan bermaksud mengelu-elukan kaumku. Tapi, ya... itulah Kami....
Dan di titik itu pulalah aku berada. Terus menerus diuji kesabaran dan keikhlasanku untuk hal-hal yang terjadi di sekelilingku. Kemarin mendapat kabar yang sangat tak terduga. Kabar yang membuat aku berpikir mimpi buruk yang pernah kualami terjadi lagi.
Namun, semua, bagiku, akan berakhir dengan sebuah penerimaan. Allah pasti punya rencana yang indah untukku dan Langit. Apapun yang terjadi di luar kami, itu semata adalah untuk mengukuhkan bahwa keputusan yang selama ini kuambil benar. Menjadi orang tua tunggal dan bertanggung jawab pada hidupku sendiri. Tidak bergantung pada makhluk bernama Laki-laki yang telah menyebabkan semua ini terjadi.
Keputusan yang tepat, karena sekali lagi ia telah melakukan kesalahan dengan orang lain. Dan apapun keputusan yang diambilnya atas orang tersebut takkan dapat memporak-porandakan kehidupanku lagi. Awalnya sangat tekejut. Tapi ya... Keputusan telah kuambil, mau sakit hati juga untuk apa... Kami telah memiliki kehidupan masing-masing.
Tapi, menerima kenyataan bahwa ia tak pernah belajar dari kesalahan yang dilakukannya padaku. Itu yang membuat semua hal dalam diriku meradang. Terlebih ketika ia memutuskan untuk "bertanggung jawab" pada kesalahannya yang sekarang dan tidak padaku (kesalahannya yang lalu) lebih membuatku meradang.
Tapi, bukan aku jika pada akhirnya tak dapat ikhlas dan sabar menghadapi semuanya. Perih pasti. Meradang dan marah sudah jelas. Tapi aku hanya punya doa sebagai senjataku. Aku memilih hidup bersama Langit, membahagiakan dia dan keluargaku. Itu mungkin lebih dari cukup.
Semoga yang terbaiklah yang diberikan Allah pada langkahku dan langkahnya. Tidak ada pembenaran atas kekhilafan yang terus terulang. Hanya saja kearifan untuk mampu menerima kesalahan dan kekurangan, kemudian memperbaikinya untuk sesuatu yang lebih baik.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membuka aib seseorang atau apa. Aku hanya berusaha mengatakan, meskipun aku ikhlas melepas semua, jauh di dalam ruang kecil pada kalbuku, ada luka yang tak berterima melihat semua terjadi.
Bukan bermaksud mengelu-elukan kaumku. Tapi, ya... itulah Kami....
Dan di titik itu pulalah aku berada. Terus menerus diuji kesabaran dan keikhlasanku untuk hal-hal yang terjadi di sekelilingku. Kemarin mendapat kabar yang sangat tak terduga. Kabar yang membuat aku berpikir mimpi buruk yang pernah kualami terjadi lagi.
Namun, semua, bagiku, akan berakhir dengan sebuah penerimaan. Allah pasti punya rencana yang indah untukku dan Langit. Apapun yang terjadi di luar kami, itu semata adalah untuk mengukuhkan bahwa keputusan yang selama ini kuambil benar. Menjadi orang tua tunggal dan bertanggung jawab pada hidupku sendiri. Tidak bergantung pada makhluk bernama Laki-laki yang telah menyebabkan semua ini terjadi.
Keputusan yang tepat, karena sekali lagi ia telah melakukan kesalahan dengan orang lain. Dan apapun keputusan yang diambilnya atas orang tersebut takkan dapat memporak-porandakan kehidupanku lagi. Awalnya sangat tekejut. Tapi ya... Keputusan telah kuambil, mau sakit hati juga untuk apa... Kami telah memiliki kehidupan masing-masing.
Tapi, menerima kenyataan bahwa ia tak pernah belajar dari kesalahan yang dilakukannya padaku. Itu yang membuat semua hal dalam diriku meradang. Terlebih ketika ia memutuskan untuk "bertanggung jawab" pada kesalahannya yang sekarang dan tidak padaku (kesalahannya yang lalu) lebih membuatku meradang.
Tapi, bukan aku jika pada akhirnya tak dapat ikhlas dan sabar menghadapi semuanya. Perih pasti. Meradang dan marah sudah jelas. Tapi aku hanya punya doa sebagai senjataku. Aku memilih hidup bersama Langit, membahagiakan dia dan keluargaku. Itu mungkin lebih dari cukup.
Semoga yang terbaiklah yang diberikan Allah pada langkahku dan langkahnya. Tidak ada pembenaran atas kekhilafan yang terus terulang. Hanya saja kearifan untuk mampu menerima kesalahan dan kekurangan, kemudian memperbaikinya untuk sesuatu yang lebih baik.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membuka aib seseorang atau apa. Aku hanya berusaha mengatakan, meskipun aku ikhlas melepas semua, jauh di dalam ruang kecil pada kalbuku, ada luka yang tak berterima melihat semua terjadi.
Comments
Insyallah semua baik-baik saja sekarang...
Subhanalloh, saya turut bersimpati sekaligus KAGUM..
Semoga Anda diberi kesabaran dan keikhlasan yang LEBIH dariNya.
apa pun yang terjadi adalah kehendakNya, dan semuanya pasti sudah tertulis olehNya.. kita manusia hanya tinggal menjalaninya saja,,
Subhanalloh, saya turut bersimpati terhadap Anda sekaligus saya merasa KAGUM atas penerimaan itu.
Semoga Alloh memberikan kesabaran dan keikhlasan yang LEBIH kepada Anda.
AAmiin.