Kisah-kisah Perempuan oleh Perempuan

Gairah penulisan karya sastra kembali bangkit pada di Indonesia dekade ini. Terlebih karya sastra yang berbau perempuan dan feminis. Entah yang memang mempunyai muatan cerita mengenai dunia perempuan atau karya sastra yang dilahirkan dari “rahim” perempuan. Dari negeri sendiri terdapat beberapa nama misalnya Djenar Maesa Ayu dengan karya terbarunya Nayla, Herlinatiens dengan beberapa karya terdahulunya Garis Tepi Seorang Lesbian dan Dejavu, Ayu Utami dengan Saman dan Larung juga beberapa sastrawan lainnya yang semakin hari semakin banyak yang suka membongkar-bongkar dunia perempuan dalam karya-karyanya. 
Rupanya fenomena ini dapat dibidik dengan baik oleh Penerbit Jalasutra, yang beberapa terbitannya adalah karya-karya terjemahan, untuk ikut serta menghadirkan dunia perempuan dari sisi dunia yang berbeda, pada buku terbitannya kali ini. Dengan mengusung tematis tentang cerpen perempuan, antologi ini berisikan cerita-cerita mengenai kehidupan perempuan yang ditulis oleh 11 pengarang terkemuka dunia yang pernah mendapat penghargaan di dunia kepenulisan atau Nobel Sastra. Antara lain terdapat nama-nama seperti Virginia Woolf asal Inggris, Uyen Leowald asal Vietnam, Angeles Mastretta asal Meksiko, serta beberapa nama lainnya.
Para pengarang perempuan ini menyuguhkan cerita yang cukup apik mengenai kehidupan perempuan sesuai dengan kultur budaya mereka masing-masing. Hanya saja, pada cerita-cerita yang mereka usung kurang menunjukkan adanya “girl power”. Hanya ada beberapa cerpen yang menyiratkan adanya ketangguhan seorang perempuan yaitu pada cerpen Seorang Perempuan yang Jatuh Cinta Pada Laut karya Angeles Mastretta. Perempuan pada cerpen ini digambarkan sebagai seorang perempuan yang teguh pada pendiriannya dan rela meninggalkan keluarganya demi terwujudnya keinginannya yaitu melihat laut.
Cerita lainnya pada antologi ini lebih banyak memperlihatkan kehidupan perempuan, dengan beragam karakter yang dimiliki oleh masing-masing tokoh, yang “gak neko-neko”. Mereka seakan-akan hanya tunduk saja pada apa yang telah digariskan padanya dan menerimanya tanpa perlawanan yang berarti. Hal ini terlihat pada beberapa cerpen seperti Putri dari Polis karya Irena Adamidou, yang memperlihatkan ketundukkan seorang anak pada ibunya yang mengakibatkan masa depannya hancur. Atau pada cerpen lainnya yaitu Sprei Linen karya Dacia Maraini, cerpen ini menceritakan tentang seorang istri yang “tenang-tenang” saja ketika suaminya pulang dengan membawa perempuan lain. Ia juga tak bereaksi apa-apa ketika ia diperlakukan seperti pembantu di rumahnya sendiri. Namun, ia bereaksi keras ketika istri baru suaminya merusak sprei linennya. Serta beberapa cerita lainnya yang memiliki kekhasan pada setiap karakter tokoh perempuan yang dimiliki.
Meskipun pada antologi ini, kurang menunjukkan adanya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki. Namun, kehadiran antologi yang “cukup ringan” ini memberikan sentuhan baru pada dunia sastra perempuan di Indonesia. Dengan berbagai warna dan karakter yang dibawa oleh masing-masing pengarang, sedikit banyak mungkin akan dapat memberikan inspirasi bagi sastrawan Indonesia untuk menampilkan karya yang lebih beragam.
Antologi ini cukup ringan untuk dibaca. Bagi perempuan Indonesia baiknya buku ini dijadikan sebagai pandangan baru untuk tidak lagi hanya pasrah pada apa yang telah digariskan untuknya. Berusaha dalam hidup untuk mendapatkan apa kita kehendaki itu sah-sah saja. Pada dasarnya perempuan mempunyai kesamaan hak dan kewajiban dalam hidup ini setara dengan laki-laki. 
Be a strong woman, why not?

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Pengingat Karya

Kesetiaan itu Langka tapi Ada