Cukup Sederhanakan Semuanya


Setiap perempuan selalu memiliki impian masa kecil. Menikah dengan pangeran yang menunggang kuda putih, tinggal di kastil impian, dan hidup bahagia selamanya... Cinderella Syndrome kata orang...
Namun impian masa kecil itu kadang terbawa hingga mereka dewasa, memiliki pasangan yang ganteng, kehidupan yang mapan, dan bahagia selamanya, masih menjadi patron setiap wanita di dunia.

Satu hal yang masih tetap sama sejak dulu hingga kini, dan itu memang kodrat perempuan, adalah menikah dan bahagia selamanya. Terdengarnya sederhana, tapi sungguh, dua hal itu adalah dua hal yang paling rumit di dunia ini.

Menikah, bagiku (entah bagi yang lain) adalah sebuah hal yang rumit. Karena pernikahan sudah tidak lagi perkara menyatukan dua hati dalam ikrar suci, tetapi juga ada ritual budaya dan prestise keluarga di dalamnya. Tidak sesederhana percakapan di bawah ini :

Rangga : Cinta, kita sudah menjalani setiap proses hubungan selama ini, tawa dan tangis kita bisa lalui berdua, aku tidak pernah terpikirkan untuk menjalani sisa hidupku tanpa ada kamu di sisiku. Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku, ibu dari anak-anakku, menemaniku hingga hanya maut memisahkan kita?

Cinta : (sambil menangis) Aku mau Rangga, aku mau...

Keesokannya mereka sudah menggunakan busana pengantin dan resmi menjadi suami istri

Hidup ini tidak seperti FTV atau film romansa drama yang selalu ada kebahagiaan di akhirnya. Apa mungkin pernikahan dilaksanakan secara kilat tanpa persiapan yang matang? Mungkin saja sebenarnya jika pasangan itu telah siap baik secara mental atau materi. Meskipun mereka sudah siap pun, melaksanakan pernikahan tidak sesederhana transaksi dagang, "Ok besok kita menikah, mau di mana dan jam berapa?" hehehehe...

Ada orang tua dan keluarga besar yang selalu ingin dilibatkan dalam momen persiapan hari bahagia itu. Bahkan sebagian masih menganut perhitungan hari baik dan buruk dalam melaksanakan upacara pernikahan. Sebagian yang lain mungkin lebih moderat tapi masih mengajukan prasyarat atau saran tentang berapa jumlah undangan, catering, gedung, dll Hal-hal kecil dan bukan pokok dalam pernikahan yang kemudian menjadi poin utama dalam melaksanakan upacara pernikahan.

Semua itu terlalu rumit bagiku. Jujur saja kuakui. Mengapa tidak kita sederhanakan semuanya sehingga semua terasa lebih memorable. Tidak harus dengan seremoni mewah dan agung, cukup kita dan mereka yang terdekat dengan kita. Huru hara upacara pernikahan yang heboh itu membuat orang cenderung segan untuk melangkah dalam jenjang pernikahan. Karena merasa belum siap secara finansial untuk mengadakan acara yang wah. 
  
So, sederhanakan semuanya. Dengan kesederhanaan, kita tidak akan berat dalam melangkah, tidak pula terbebani. Jadi ketika permintaan untuk menikah itu datang, maka kita akan siap menjawab "Ayo nikah, kapan? Kita sudah siap kan!" 


Comments

Unknown said…
Pernikahan tak sesederhana saat ku tekan tombol follow dari blog ini juga ^^
^^ sederhana kok...
tapi tentunya tidak sesederhana Anda menekan unfollow
Salam kenal ^^

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Ukiran Sebuah Pertemuan

Pijar Lentera Keempat Kemudian Padam