Ketika Yang Tersisa Hanyalah Air Mata
Hey kamu...
Iya kamu...
Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku
dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku
dengan janji untuk selalu menggenggam tanganku di saat saat terburuk dan terbaik kita
dengan keyakinan mengambil tanggung jawab atas namaku di dunia ini
Iya kamu...
Kamu yang begitu aku bela disaat seisi dunia meragukan hubungan kita yang terajut kembali
Kamu yang selalu aku jaga namanya di setiap helaan nafas dalam doa
Kamu...
Laki laki yang sama yang mengajarkanku arti hidup sebenar benarnya
Hidup yang tak serupa dengan dongeng masa kecilku dulu, yang semua berakhir dengan bahagia
Hidup yang lengkap dengan tangis dan tawa, kesedihan dan kesenangan, pertemuan dan kehilangan
Setelah dulu aku begitu terluka dan terpuruk dalam tangis saat kamu pergi
dan saat kaki ini telah bangkit berdiri tegak, kamu hadir menguarkan segala memori dan harapan
Harapan jika bisa kutulis sendiri dongeng yang indah tentang kisah hidupku
Tapi sekarang...
Jalan hidup membuatku ingin menertawakan takdir
Tapi yang tersisa hanyalah air mata...
Amarah, malu, benci, dan semua rasa yang kurasakan padamu menguap bersama hembusan angin
Iya... hanya air mata...
Hanya air mata yang mengalir di pipiku saat kudengar namamu di sebut
saat membaca namamu dan pesanmu di layar itu...
Aku hanya ingin bertanya entah pada siapa...
bagaimana bisa aku dibuat begitu terluka karena orang yang sama
bagaimana bisa air mata ini kembali mengalir karena orang yang sama
Hey kamu...
Iya kamu...
Apa aku masih mencintaimu?
Apa aku telah membencimu?
Apa aku hanya sekedar takut kehilanganmu?
Mengapa hanya ada air mata saat mengenangmu?
Surabaya, 22 April 2017
Comments