Wednesday, September 09, 2015

Karma ini Menyakitkan

Kata orang karma itu tak ada
Hanya...
Apa yang kau tabur itu yang kau tuai
Itu karma...

Dan melepasmu adalah dosa terbesarku
Bukan pada saat aku memilikimu
Sejenak ku pikir ini terbaik bagimu
Tapi mungkin saat itu aku terlalu pongah
Untuk bilang ini terbaik untukku

Dan, titik saat kini ku miliki semuanya
Semuanya... Tapi bukan kamu
Semuanya... Namun tak bisa memelukmu
Semuanya...
Mungkin semuanya... Mungkin juga semuanya hanya semu

Langitnya bunda...
Belahan hati yang terberai entah di mana
Jika ini karma atas dosaku
Karma ini begitu menyakitkan

Bunda merindukanmu nak...
Rindu yang tak pernah tersampaikan
Rindu... Karna entah kapan, rahim ini akan melahirkan anak anak langit sepertimu

Jika ini karma atas kekhilafanku melepasmu
Karma ini begitu menyesakkan

Begitu menyakitkan

Monday, August 31, 2015

Rumahmu

Dan aku akan selalu menjadi rumahmu untuk pulang
Akan selalu kujaga pintu ini terbuka dan menerangi setiap langkah jalan menujunya...
Hingga gelap sepekat apapun tak akan membuatmu tersesat
Untuk kembali padaku
Rumahmu...

Gambar diambil dari http://neslihans.deviantart.com/art/waiting-for-you-141006560

Tuesday, August 25, 2015

Apa Harus Sebegini Sakitnya?

Sayang....

Ingatkah kau pada kisah Sri Rama?
masih ingat bagaimana ia meragukan kesucian Dewi Shinta?
masih terekam jelas pada memorimu bagaimana Dewi Shinta rela tubuhnya dijilat api untuk membuktikan kesuciannya

Sayang....
kalau hingga detik ini kamu meragukanku
meragukan kesungguhanku
meragukan cintaku
perlukah aku berlaku layaknya Dewi Shinta?
perlukah aku menyediakan tubuhku pada jilatan api?

Sayang...
mungkin aku tak sesuci Shinta
tapi cintaku padamu sebesar cintanya pada Sri Rama
aku hanya bisa menyayat tubuhku untukmu
hingga setetes demi setetes darahku jatuh ke bumi untuk bersaksi padamu

aku mencintaimu dengan seluruh jiwaku...

tapi mengapa nyawaku tak jua tercerabut sayang?
padahal sakitnya sayatan ini menelusup hingga kalbuku
meneteskan air mata
apa harus sebegini sakit cara untuk membuktikan cintaku
apa harus sebegini sakit caraku agar membuatmu tetap tinggal
apa harus sebegini sakit untuk membuatmu merengkuh tubuhku yang lunglai

apa harus sebegini sakitnya mencintaimu...



Saturday, August 22, 2015

Bukan Aku yang Kau Rindukan?

Entah mengapa kemarau malam ini 
Begitu dingin
Bahkan hembusan ringan anginnya begitu menusukku
Makin kueratkan dekapan tanganku di dada
Berdiri di sisi jalan ini, malam ini
Sesekali kupandang persimpangan jalan itu
Dan masih tak kutemukan siluet tubuhmu 

Aku menunggumu...
Sama seperti malam kemarin
Aku menunggumu pulang
Dingin malam ini tak lagi terasa dilawan rasa rindu

Aku merindukanmu...
Di setiap pandangan yang kuhempaskan ada wajahmu
Di setiap hembusan nafas ada senyummu
Di setiap sujudku ada namamu
Di setiap langkahku ada kamu

Aku kehilanganmu...
Tak lagi aku temukan wajah damai yang selalu menyambutku di pagi hari
Tak lagi kudapatkan rengkuhan hangat dan manjamu di malam malamku
Tak lagi bisa kubaca diammu
Tak lagi ada kata kata yang membuatku yakin aku pemilik hatimu
Tak ada lagi.... 

Apakah aku telah benar kehilanganmu, kekasihku?
Apa masih namaku yang kau sebut dalam doamu?
Apa masih aku yang ada di saat kau menutup mata? 
Apa masih aku yang selalu kamu andalkan?
Apa masih aku yang memiliki hatimu?
Apa masih aku yang kau rindukan?

Aku masih menunggumu pulang sayang...
Berdiri di sini, masih merapatkan tanganku di dada
Dingin...
Tapi masih tak kutemukan siluetmu malam ini
Aku tak menemukanmu di bawah temaram lampu jalanan itu
Apa kau tak pulang malam ini?
Apa kau tak merindukanku?
atau
Bukan aku yang kau rindukan






Sunday, July 26, 2015

Dia yang Tak Pernah Mengucap Cinta Padaku

Dia...
Iya dia...
Dia yang menemaniku menari saat hujan senja kemarin
Dia yang memelukku dalam diam
Dia yang meraih tanganku dan mendekatkan ke dadanya

Dia...
Iya dia...
Dia yang selalu menyamakan langkahnya untuk sejajar denganku
Dia yang meraih tubuhku saat akan terjatuh
Dia yang menyediakan pundaknya untukku bersandar

Dia...
Iya dia...
Dia yang membuatku menggila karna rindu
Dia yang membuatku menangis karna terluka dan kecewa
Dia yang membuaktu muram karna kesepian

Dia...
Iya dia...
Dia yang tak pernah berucap cinta padaku
Tak pernah berkata rindu
Tak pernah mendesiskan kangen

Dia...
Iya dia...
Yang masih menjadi lekakiku

Friday, July 24, 2015

Yogya

Kamu...
Selalu menjadi rumah untuk pulang
Selalu menjadi obat membasuh luka
Selalu menjadi ceruk untuk mengubur kenangan buruk

Kamu...
Selalu punya cara menerimaku kembali
Selalu punya alasan untuk membuatku tersenyum
Selalu punya cerita indah untuk ku bawa pergi

Kamu...
Yogya.

Wednesday, July 22, 2015

Firasat

Gelisah dan rasa sesak di dada.
Aku menyebutnya firasat...
Mungkin kau bahasakan berbeda
Tapi yah...
Sesaknya dada ini tak datang karena sekedar gelisah
Bukan pula karna rindu
Atau romansa menggebu
Dan apa yang kusebut firasat ini Tak pernah tiba di masa yang salah
Tak pernah hadir bagi pertanda yang nisbi
Apa masih kau tepis terus firasat ini?
Jumawamu membuat sesaknya dadaku kian menjadi
Egomu membuat gelisahku tak berakhir
Diammu membuat rasa ini terus menggelegak
Apa yang ku sebut firasat
Mungkin kau bahasakan berbeda
Pulanglah,
Jika rinduku tak lagi membuatmu melangkah kaki tuk pulang
Mungkin
Gelisahku yang kan membawamu kembali...
Jika tidak...
Apa yang ku sebut firasat
Tak lagi menjadi firasat
Ia lebur dalam catatan takdir dan sejarah kita...

Tuesday, July 21, 2015

Aku Masih Mencintainya (Dear June #9)

June...
Mengapa gelap sekali di sini
Apa aku sudah mati June?
sepertinya tidak?
dada ini masih sakit June
tubuhku basah
karna air mata dan darah
nyeri sekali rasanya June
koyakannya lebih sakit dari sembilu
lubangnya menganga lebih dari terjangan peluru
aku tahu aku belum mati
tapi aku tak lagi bisa menari June
semua syaraf dan sendiku lumpuh
hanya ada rasa sakit ini saja June
semua gelap...
aku belum mati June
aku masih bisa bertahan
dan berbisik padanya
-aku mencintaimu-

Tarian Penuh Luka (Dear June #8)

- apa yang terjadi?
- mengapa tarianmu menggila?
- mengapa kau menari dengan hentakan rancak tapi dari matamu berderai air mata?
- hentikan tarianmu! duri dan semak ini melukai kaki telanjangmu
- tak kau rasakankah perih itu wahai perempuan? sementara telapakmu telah basah dan memerah
jangan hentikan June
jangan hentikan aku
jangan hentikan tarianku atau tangisku
jangan June...
biarkan duri itu menancap dan mengoyak kulitku
biarkan gerakanku semakin rancak dan menggila
biarkan...
biarkan sakit koyakan duri itu menggantikan sakitnya koyakan hati ini June
biarkan kegilaan tarianku mengaburkan air mata ini
aku terluka June...
terkoyak habis...
luka ini tak hanya bernanah tapi juga membusuk June
tapi aku tak mau merasakannya
aku mau melupakannya June
aku ingin menepisnya...
- mengapa wahai perempuan?
karna aku mencintainya June
aku begitu mencintainya
dia yang telah mengoyak jiwaku melukai rasaku
koyakan duri duri ini tak sesakit itu June rasanya
aku ingin menghilangkan sakitnya hatiku dan jiwaku
agar aku bisa tersenyum menyambutnya datang
dan berbisik
aku mencintaimu...

Jangan Hentikan Aku (Dear June #7)

jangan hentikan aku June
jangan hapus air mataku
jangan tahan aku
ada yang mengoyak di dalam tubuhku June
ada yang siap meledak
air mataku tlah lama terbendung
gelisahku sudah lama menggelayut
laksana awan hitam yang terus membayang di belakang langkahku
jangan hentikan aku June...
aku ingin mereka tahu
aku ingin ia tahu
aku kecewa berlarat larat
aku terluka terlalu dalam
aku gamang tak bertepian
apakah cinta ini begitu menyakitkan June
apakah tak cukup hanya sekedar berbagi tawa
dan menari bersama sepertiku denganmu
aku tak lagi bisa membedakan benar dan salah June
tak lagi kutahu jujur atau tipudaya
langkahku gamang June
tak lagi kutahu hitam dan putih
semua abu abu
apakah ia masih mencinta dan merinduku
apa detak jantungnya masih bergemuruh saat mendengar namaku
apa desiran darahnya masih terpacu saat aku merengkuhnya...
aku menjadi hampa June
tak kutahu kurasa semua yang pernah ada
entah dia yg menjadi asing
atau aku yang menjadi lian untuknya
aku merindunya June
dia yang merengkuhku saat malam tiba
dia yang menyebut namaku dengan penuh cinta
dia yang menggenggam tanganku agar tak hilang dari pandangannya...
aku merindukannya June
seperti kau merindukan hujanmu...

Aku Masih Pengantinnya (Dear June #6)

June...
aku benci bertemu denganmu saat resah
mungkin kau akan bertanya
gundah macam lagi yang menggoyahkan kekukuhanku...
Dia June... Dia...
Dia yang membuatku goyah
Ia ada tapi tak teraba June
laksana angin yang menghempas tubuhku senja kemarin
anginpun masih bisa kurasakan belaiannya...
Tapi ia...
Begitu dingin serupa menara di kutub utara
dia ada tapi entah mengapa aku tak dapat merengkuhnya...
jangan lantas kau bilang
"pastilah wahai perempuan, kalian telah berbeda"
tolong jangan katakan itu June
aku tahu tapi itu sangat menyakitkan buatku mendengarnya...
aku masih pengantinnya June
bahkan di jari ini masih melingkar cincin yang sama
apa karna aku telah menjadi ruh, aku tak lagi berarti...
June...
aku merindukannya
tahu kan June bagaimana tersiksanya merindu
Jika kau bertemu dengannya June
katakan aku masih pengantinnya
dan aku merindukannya

Ketika Yang Tersisa Hanyalah Air Mata

Hey kamu... Iya kamu... Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku dengan jan...