Bukan Mantan Jelmaan Malaikat

Apa yang hendak aku tuliskan dalam catatanku kali ini sebenarnya? Ini lebih merupakan responku tentang sebuah peristiwa yang menggelitikku beberapa hari ini. Ada seorang nama yang tiba-tiba meng-add saya sebagai temannya di facebook. Sebuah nama yang menjadi salah satu perempuan paling disayangi oleh laki-laki yang dulu saya cintai. FYI, ia pernah mengatakan padaku setelah kami berpisah, bahwa ada 5 perempuan yang ia sayangi dalam hidupnya, neneknya, ibunya, aku, 1 nama yang menjadi alasan perpisahan kami, dan nama terakhir adalah yang beberapa hari lalu meng-add saya di FB.  Aku tidak bangga menjadi orang pertama di luar pertalian darah yang ia sayangi. Karena lebih pada alasan, aku bukan yang terakhir.
Namun, itu sudah tak menjadi soal kini. Kami memiliki jalan hidup kami masing-masing sekarang. Tapi, kejadian beberapa waktu lalu itu kembali menguak rasa sakit yang tak terperi. Entah dengan maksud apa, perempuan itu meng-add saya sebagai temannya. Entah dia tidak tahu kalau aku mantan dari "kekasihnya" sekarang. Atau dia ingin mengujiku, apa aku masih menyimpan rasa cinta itu atau tidak. Sungguh aku tak tahu, apa maunya gadis bau kencur itu.
Tanpa pretensi apapun aku menerima dia di jejaring pertemananku. Dan kemudian kuanggap angin lalu, karena aku nggak akan buang-buang waktu untuk menengok profilnya setiap saat. Dengan tujuan untuk memata-matai atau apa. Mungkin, ada lebih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Namun, yang membuatku aku meradang adalah saat beberapa postingan statusnya mampir terbaca di News Feed Home Facebookku. Ungkapan kangennya, cintanya, dan kegilaan masa muda lainnya terumbar begitu saja di depan mataku. Ia juga menyematkan panggilan "sayang" yang dulu kusematkan pada mantan lelakiku "Aa'". Dan jujur, itu semua membuatku muak.
Entah mengapa, luka itu menganga lagi, aku marah, aku muak, aku benci, aku terluka. Bukan karena iri karena mereka bisa bahagia sementara aku masih mengais-ngais puing-puing impian yang telah ia hancurkan. Aku bukan malaikat yang tak menyimpan amarah atau dendam. Aku hanya makhluk bernama perempuan yang konon katanya lebih menggunakan rasa daripada logika.
Sungguh aku tak tahu apa tujuannya, jika tujuannya adalah mengujiku, kukatakan aku juga tak tahu apakah ia berhasil atau tidak. Aku sendiri tak mampu menafsirkan apa yang tersisa tentang perasaanku pada mantan lelakiku. Marah? Cinta? Dendam? atau apa? Aku tak tahu...
Dan aku juga tak tahu harus menyikapi seperti apa gadis bau kencur ini. Mungkin, aku hanya akan mengikuti alur permainannya saja. Jika ia ingin mengujiku, maka aku akan menunjukkan padanya siapa perempuan yang ia hadapi ini. Hanya saja, mungkin dia harus tahu aku bukan malaikat. Aku bisa menjadi manusia yang sangat baik, tapi aku juga bisa menjadi luar biasa kejam jika seseorang melecehkan, mempermainkan, menyakiti, mengkhianati, atau apalah istilah lainnya.
Pemenang adalah ia yang mampu tersenyum dan berdiri tegak di akhir permainan. Sekarang, aku mengikuti permainannya. Sampai mana kegilaan ini. Sampai kapanpun ia mau, dan kita akan lihat siapa yang tersenyum di akhir...
Maaf jika aku bukan perempuan serupa malaikat. Karena memang aku hanya manusia biasa.


Comments

Gulunganpita said…
Keren Bu :)
Mari berbagi dan bersilaturahmi. Follback ya ;)
Wah...aku tidak ingin berpura-pura mengerti yg terasakan...tapi jangan khawatir, karena malaikatpun punya iri...Mantap Bun, semoga jadi yang tersenyum diakhir permainan, tapi bukan karena kamu menang, tapi karena kamu adalah perempuan langit.
@Fitri... :) terima kasih sudah berkunjung

@Mas aulia... :) terima kasih...

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Ukiran Sebuah Pertemuan

Pijar Lentera Keempat Kemudian Padam