Monday, August 23, 2010

Apa yang Hendak Kukatakan tentang Kemerdekaan ??

Bulan Agustus di setiap tahunnya selalu dinanti secara gegap gempita oleh setiap anak negeri ini. Semua bermula karena pada 17 Agustus, 65 tahun silam Indonesia dideklarasikan oleh The Founding Father sebagai sebuah negeri yang merdeka, lepas dari segala bentuk penjajahan. Proklamasi kemerdekaan saat itu disambut dengan penuh suka cita oleh semua anak bangsa, dari desa sampai kota. Proklamasi saat itu tidak membuat Indonesia seketika terbebas dari penjajahan dan aral yang merintangi perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Masih aja pertempuran di sana sini. Masih ada darah yang menetes dari putra-putra terbaik bangsa. Semua itu karena Proklamasi Kemerdekaan tak lantas menghentikan perjuangan.
Bagaimana dengan sekarang?
65 tahun sudah aku, kamu, kita, dan bangsa ini melangkah sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Benarkah kita telah merdeka?
Jika dengan asumsi Proklmasi Kemerdekaan tidak lantas menghentikan perjuangan kita sebagai sebuah bangsa juga sebagai seorang individu anak bangsa.
Maka jawabannya, KITA BELUM MERDEKA...
Jika menurut kita, kemerdekaan hanyalah sebuah teks/naskah yang dibacakan pada saat proklamasi. Jika menurut kita, kemerdekaan adalah sebuah "alat" agar kita terbebas dari segala macam bentuk penjajahan. Jika menurut kita, kemerdekaan adalah alasan untuk kita berhenti berjuang. Mungkin apa yang kita maknai tentang kemerdekaan selama ini telah salah.
Lihatlah sekitar kita...
Apa menurut kalian kita telah merdeka?
Di saat masih ada saudara kita yang harus berjuang tertatih hanya untuk makan sekali sehari.
Di saat masih ada saudara kita yang hidup di bawah jembatan, bantaran sungai, atau bahkan tidur di emperan toko.
Di saat masih ada saudara kita yang terlunta-lunta nasibnya karena tidak memiliki pekerjaan.
Di saat masing-masing kita masih tersenyum sinis saat melihat mereka yang papa, miskin, dan kotor, atau bahkan kita malah melengos memilih untuk tidak melihat mereka.
Di saat masih ada pejabat-pejabat kita yang masih bisa tertawa, membuang-buang uang negara, dan meminta fasilitas ini itu padahal masih banyak rakyatnya, kita, yang tak tahu besok masih bisa makan atau tidak.
Di saat pemerintah rela menggusur rumah-rumah rakyat untuk membangun mall.
Di saat tangisan saudara-saudara kita tak lagi menggugah hati kita.
Di saat kita masih bisa tutup mata dan tidak peduli dengan keadaan di sekitar kita.

Jika melihat semua itu, masihkah dengan bangga aku, kamu, kalian, kita, dan bangsa ini memekik
KITA TELAH MERDEKA     
Maaf...
Tapi aku pikir, kita belum merdeka kawan! Kita belum apa-apa! Perjuangan kita belum selesai!
Aku belum merasakan kemerdekaan di negeriku ini. Jika dengan semua fasilitas yang sekarang kita miliki ini, kita masih diam saja. Tidak melakukan apa-apa. Tidak memberikan arti bagi kehidupan, arti bagi bangsa ini. Apakah kita tidak merasa malu kawan?
SEKALI BERARTI SETELAH ITU MATI
Tugas kita sebagai anak bangsa ini belum selesai. Kita belum merdeka. Perjuangkan yang layak diperjuangkan. Lakukan yang harus dilakukan. Kita semua bisa melakukannya, aku, kamu, kalian, kita, setiap anak bangsa ini. Kita bisa berjuang. Kita bisa berarti. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk negeri ini. Dengan cara kita masing-masing.
Kemerdekaan adalah kebebasan memilih cara berbakti pada Negeri

K ita belum merdeka kawan. Maka bergeraklah. Berjuanglah dengan cara kalian. Dengan caraku pula. Kita mencintai Negeri ini bukan? Apakah kita tidak malu mewariskan sebuah negeri yang porak poranda kepada anak cucu kita?
Kemerdekaan adalah sebuah proses panjang kehidupan. Tidak akan berhenti pada satu titik kenyamanan. Karena ketika kita terjebak dalam kenyamanan semu, itu berarti kita belum merdeka.

Surabaya, 23 Agustus 2010
*) Sebuah cermin bagi aku, kamu, kalian, kita, dan semua anak bangsa...

Sunday, August 22, 2010

Blank Moment

Pernah nggak kamu berada di satu kondisi KOSONG. Tak bisa berpikir apa-apa. Beberapa waktu belakangan ini aku sempat mendapati diriku KOSONG. Padahal seharusnya banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Tapi entah mengapa, kosong aja gitu. Bingung mau ngapain. Otak berasa nggak keisi apa-apa. Merasa kosong, sepi, dan sendiri padahal kita berada di tengah banyak orang...
Aku merasa diriku PENUH. Banyak sudah buku yang aku baca belakangan ini, mulai dari fiksi sampai literatur kuliah. Nonton film. Planning kerja yang sudah tertata. Dan masih banyak hal yang sudah aku rencanakan jauh hari sebelumnya. Tapi semua seakan menguap minggu ini. Hilang begitu saja. Aku seakan baru saja tersadar dari koma panjang. Tergagap dengan semua yang harus aku hadapi... Kosong, tak tahu apa yang harus dilakukan dan dipikirkan...
Pengen nangis, pengen teriak, pengen marah, pengen gebukin orang, pengen... Tapi untuk apa?? Banyak rasa yang berkecamuk di dada. Banyak ide yang bergemuruh di dada. Banyak hal yang harus dikerjakan. Banyak masalah yang harus diselesaikan. Aku sama sekali tidak mampu mendefinisikan satu per satu semuanya... Aku bingung... Aku KOSONG...
Pada akhirnya aku memilih tuk sujud bersimpuh. Menangis sejadi-jadinya. Merapal semua doa yang aku tahu. Memohon sejenak ketenangan hati dan pikiran. Aku bingung, Aku kosong... Di antara semua kekalutanku, aku memilih kembali pulang. Pulang ke dalam pelukanMu. Pulang pada kedamaian rumahMu...

Thursday, August 05, 2010

Jejak Langkah Perempuan

kaki perempuan ini akan terus melangkah... terus melangkah... sendiri

 

jejak langkah yang telah tertinggal itu, 

akan terus menguarkan rasa 

yang takkan tersapu... 

bahkan oleh ombak...



ilalang dan aku... 

aku tumbuh seperti ilalang, 

seribu kali dipangkas, akan seribu kali pula tumbuh... 

bakar aku hingga habis... 

jika kau ingin hentikan langkahku...

Saturday, July 31, 2010

Pengantin Cermin

Selepas Subuh...
dengan sisa air suci yang terbasuh di wajah
perempuan itu memandang cerminnya...
wajah dalam cermin itu tersenyum memandangnya
perlahan wajah dalam cermin itu kian berubah, semakin cantik
riasan di wajah itu membuatnya selaksa bidadari

Selepas Subuh...
perempuan itu masih memandang cerminnya
dan perempuan dalam cermin itu juga masih di sana
dengan gaun pengantin putih yang membungkus tubuhnya
gaun putihnya melambai terjuntai menutup setiap mili aurat tubuhnya...
dan kerudung putih yang menutup kepalanya
perempuan dalam cermin itu laksana putri seribu satu malam...

Menjelang Dhuha...
perempuan itu masih memandang cerminnya...
tapi perempuan itu menangis kini
karena ia melihat perempuan dalam cermin itu beranjak menjauh dari cermin
menjemput mimpinya menjadi pengantin
bersanding dengan pemilik tulang rusuk ini...
bersanding dalam keheningan doa...

Menjelang Dhuha...
perempuan itu masih memandang cerminnya
ia masih menangis
dan kinipun ia tersimpuh di depan cerminnya
tak ada gaun pengantin putih yang melambai
tak ada kerudung putih yang menghias kepala
tak ada pula riasan di wajah
tak ada lagi bayangan perempuan pengantin dalam cerminnya
karena memang dia bukan pengantin itu...

Pengantin perempuan itu hanya ada dalam cermin
semaya bayangan cermin
karena aku memang hanya pengantin dalam cermin

Surabaya 310710

Wednesday, July 28, 2010

Aku dan Hujan

Setelah lama sekali saya merasakan rindu yang sangat pada gerimis dan hujan. Beberapa hari ini kerinduan saya terhapuskan. Surabaya diguyur hujan dari pagi hingga malam. Mendung. Dingin. Suasana yang begitu sendu menemaniku beberapa hari terakhir. Tidak mau sok melankolis atau apa, tapi sekarang aku memang begitu mencintai hujan dan gerimis. Bau tanah basah oleh air hujan memberikan ketenangan yang dalam.

Hujan...
Hujan selalu menjadi pengiring untuk mengenang kisah yang telah lalu. Hujan adalah salah satu perantara pertemuan langit dan bumi. Selain petir, pelangi, dan bintang jatuh. 

Hujan selalu menjadi ritual yang menyenangkan untuk menulis. Benarkah demikian? Paling tidak buatku, Hujan atau gerimis ditambah secangkir susu coklat hangat adalah teman yang tepat untuk menulis. Semoga hujan ini terus hadir di bumiku. Atau kalau Kau berkuasa atas semuanya, Izinkan pula hujan hadir di hatiku...

Wednesday, July 21, 2010

Catatan Sebuah Pertemuan dan Perpisahan

19 Juli 2010 15:00
Kita bertemu di sebuah persimpangan jalan
Di depan stasiun tua di kota itu
Saling memandang sejenak kemudian tersenyum satu sama lain
Mengendarai motor tua, kita berdua berbincang dalam keheningan
Perbincangan yang muncul dari tautan tangan yang tak terlepas sesaat pun
Diam yang canggung

19 Juli 2010 15:30
Kita tiba di gazebo budaya
Tempat bertahun-tahun lalu kita mulai sebuah kisah
Kisah tentang kita
Kisah tentang langit dan bintang
Di gazebo budaya ini kita berbincang tentang banyak hal
Tentang kegilaan usia muda yang tiba-tiba muncul
Kegilaan untuk lari dari semua problematika
Kegilaan untuk dapat tertawa saja
Hanya berdua

19 Juli 2010 18:00
Senja ini, kita berdua
Di atas motor butut
Dengan sedikit rencana gila yang tersisa di kepala
Dengan sedikit keberanian untuk lari dari riuhnya kehidupan
Bergantian kita memacu motor butut ini dengan kecepatan tinggi
Saling mendekap
Saling bertautan tangan
Karena kita tak lagi punya waktu dan ruang untuk bersama
Karena kita kehilangan alasan untuk bersama
Senja ini, aku menyambutnya bersamamu
Di atas motor tua
Di antara hempasan angin jalanan yang makin menggila
Senja ini kita bersama
Hanya ada aku dan kamu
Langit dan Bintang
Mencari sisa bahagia yang mungkin masih tersisa
Jauh dari dunia kita

19 Juli 2010 19:00
Udara begitu dingin
Angin begitu kencang
Tapi kita masih tetap hangat
Hangat dengan canda dan tawa
Hangat, karena...
tautan itu
dekapan itu
tak terlepas sedikit pun
Hanya kita yang tahu
Ke mana motor tua ini akan membawa kita
Tempat yang sudah terekam
pada memori kenangan kita masing-masing

19 Juli 2010 21:00
Kita sampai di tempat di mana kita bebas menjadi diri kita
Tanpa penghakiman
Tanpa tekanan
Kita dirikan istana kecil kita
Bersama memandang langit
Menghitung gemerlap bintang tersisa
Ditemani suara desir angin pegunungan
dan dentuman musik nostalgia di desa sebelah
Aku dan kamu mengurai kembali mimpi yang mungkin masih tersisa
Mencari sedikit saja bahagia di antara setumpuk luka yang pernah tercipta
Kita sama-sama tak berkata cinta
Karena cinta memang tidak untuk dikatakan, bukan?
Kita tak pula bicara tentang ikatan
Karena ikatan tak cukup mampu membuat kita bersatu
Kita bicara tentang kita yang ada di malam itu
Melupakan semua yang ada jauh di sana
Malam itu hanya ada aku dan kamu
Gemerlap lampu kota di bawah sana
Serta gemintang di langit
Berdua kita meyibak malam dan menyambut pagi

20 Juli 2010 05:00
Menyambut surya
Menantang angin gunung
Kita berdua tersenyum dengan tangan saling bertaut
Tak peduli dengan pandang sinis dan cibir mereka
Meninggalkan mimpi semalam yang telah terukir
Siap dengan dunia nyata yang slalu tak lebih indah
Masih ada sisa senyum dan bahagia
Menyemburat di wajah kita
Tapi, entah mengapa
Ada pula semburat kecemasan
Kecemasan
Karena semua akan segera berakhir
Karena mungkin tak akan ada lagi kebersamaan seindah kemarin

20 Juli 2010 09:00
Kekalutan pikiran masing-masing
Membuat kita pagi ini lebih banyak diam
Tak ada lagi mimpi yang dikisahkan
Tak ada lagi ceria yang dihadirkan
Yang ada hanya diskusi
Diskusi tentang kehidupan
Diskusi tentang kita
Setelah semalaman kita terus lari dari realita
Membangun istana semua kebahagiaan
Pagi ini kita kembali dihadapkan pada tamparan realita
Yang membuat kita harus terjaga dari mimpi yang sempat kita bincangkan semalam

20 Juli 2010 11:00
Kita masih ada di atas motor tua ini
Masih menantang angin yang berhembus kencang
Masih saling menautkan tangan
Tapi mengetahui bahwa kita akan kembali ke kota itu
Membuatku takut, sayang
Sangat takut...
Ketakutan atas sebuah kata kehilangan
Ketakutan yang muncul kembali, setelah sekian lama

20 Juli 2010 13:00
Motor tua ini kembali membawa kita ke persimpangan jalan itu
Di depan stasiun tua
Kita harus kembali pada kenyataan
Kita saling menatap
Aku ingin segera pergi dari hadapmu, sayang
Karena aku tak bisa lama lagi menahan air mata
Aku tak mau kau melihatku menangis
Tapi kamu terus menahan tanganku
Meminta penjelasan
Mengapa sedikit saja kamu tak pahami
Kamu yang kembali ciptakan luka itu
Aku akan selalu menjadi rumah untukmu pulang dari semua kepenatan, sayang
Aku tahu aku tak bisa menuntut yang lebih dari itu
Karena aku tahu ikatan itu tak pernah ada
Meskipun ada sedikit rasa yang tertinggal
Yang terus menuntut untuk terus dimaknai
Aku harus terus berterima
Untuk melepasmu pergi
dan menerimamu kembali
Kapanpun...
Aku memilih pergi
Meninggalkanmu di stasiun tua itu
Karena sungguh aku tak sanggup melihat punggungmu yang meninggalkanku
Aku memilih pergi
dan menyimpan air mataku sendiri

Tanyakan padaku apa artinya mencintai tanpa pamrih, maka aku akan berikanmu berlarat-larat kisah yang entah akan berakhir kapan...

Sunday, July 18, 2010

Mencari Jejak Gerimis di Batas Senja ini

senja ini
kembali aku terdiam di sudut perbatasan kota
di tepi jalanan berkelok
duduk ditemani segelas wedang
menghadap titik-titik bangunan kota jauh di depan sana

sendiri

hujan baru saja mampir ke bumi
bau tanah yang basah
udara yang semakin dingin karna kabut yang mulai turun
aku sendiri menanti senja

aku mencari jejak gerimis
tapi tak kutemukan
dingin...
sendiri...
senja di perbatasan kota ini begitu sepi

aku berharap temukan sepenggal jejak yang ditinggalkan hujan sore itu
tapi yang kutemukan hanya aroma tanah basah
aroma yang melengkapi kehangatan wedangku
aroma yang menemaniku dalam dingin

senja ini aku menyambut senjaku
sendiri
bahkan tanpa jejak gerimis sore tadi

Batu, 160710

Tuesday, July 13, 2010

cintaku sederhana

semalam kau bertanya padaku
"mengapa ku masih mau bertemu denganmu, orang yang selama ini melukaiku"
tak kutemukan jawaban yg tepat untukmu
tapi memang begitulah adanya cintaku

laksana bintang yang tlah redup sinarnya di antara gemintang yang lain pada hamparan langit
yg nampak hanya langit yang bersanding dengan gemintang yg lebih terang
bukan berarti sang bintang itu hilang dan tinggalkan langitnya
aku mencintaimu dengan setulus-tulusnya cinta
cinta yang sederhana namun rumit tuk diurai


ku coba tuk ikuti alur yang diciptakan tuk kita
alur rasa
alur cinta

cintaku sederhana
cinta yang tak butuh alasan
cinta yang tak butuh kata-kata pembenar

dan jika kuterima kau kembali
tanpa dendam dan amarah
itu karena ku cinta

dan jika aku bersedia menyediakan pundakku
untukmu bersandar saat kau lelah
setiap saat
itu karena ku cinta

pun jika nanti aku rela melepas kau pergi
tuk pergi dan bahagia
itu juga karena ku cinta

sederhana bukan??
cintaku sederhana
sangat sederhana
sesederhana kesetian bintang pada langitnya
sesederhana kepercayaan air pada kelok-kelok sungai yang membawanya ke samudera
sesederhana itu...

...
Surabaya, menjelang pergantian hari, 060710

kita?

tolong bantu aku membaca semua sikapmu
tolong bantu aku memaknakan hubungan kita
entah ikatan apa ini, yang selalu membuatku berusaha untuk selalu ada untukmu
entah rasa apa yang kau miliki, saat kau berkata "aku butuh seseorang" dan kau memilihku tuk temanimu
entah terbuat dari apa hatiku ini, ketika genggaman tangan itu kembali terisi, ketika kau luruh mendekapku erat, ketika kecupan itu jatuh di kedua pelupuk mataku yang tlah penuh dengan bulir-bulir
meski semuanya hanya sejenak

satu

hanya ada satu rasa
hanya ada satu hati
hanya ada satu cinta
hanya ada satu diri
hanya satu untuk yang satu
titik
itu saja

No Title : Just Need a Shoulder to Cry On

ingin benar-benar memiliki sahabat
yang tak terus mencerca dengan pertanyaan
yang tak lantas menuding ketika kekhilafan datang
yang menyediakan bahunya untuk meletakkan segala beban dan air mata

ingin benar-benar memiliki sahabat
yang selalu ada
untuk menguatkan
yang selalu ada di saat-saat terpuruk

tangis yang terus luruh
di jeda oleh tawa sejenak
namun kembali luruh

ingin benar-benar memiliki sahabat
yang mengisi genggaman tanganku

aku lelah berjalan sendiri
lelah
sangat lelah

aku menunggumu sahabat

Ketika Yang Tersisa Hanyalah Air Mata

Hey kamu... Iya kamu... Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku dengan jan...