Tuesday, July 21, 2015

Kekasih Terasing (Dear June #4)

June...
Air mata ini luruh lagi malam ini
Sama seperti malam itu June...
Saat aku harus melepasnya pergi
Kau tahu kan June rasa sakit itu
Karna kau juga pasti pernah rasakannya
Tapi June...
Kali ini lebih menyakitkan
Apa yang lebih menyakitkan dari merasa terasing dari sang terkasih?
Bisakah kau jawab aku June?
Tak lagi ku kenal tawanya?
Tak lagi ku tahu diamnya?
Kami menjeda dalam pelukan
Bersisian tapi terjeda
Entah oleh apa...
June... Haruskah aku meratap?
Aku ingin menepis semua jeda ini June
Aku merasa asing
Kami merasa asing
Hanya ada diam dan jarak
June...
Tak bisakah aku meminjam pesonamu
Untuk membuatnya kembali berbincang denganku
Untuk membuatnya kembali menari bersamaku
Ijinkan aku June...
Aku lelah...
Tak lelahkah kau menemuiku dalam derai air mata?
--------
Gambar diambil dari sini https://www.pinterest.com/HCarlon/mythical-creatures/

Aku Takut Kehilangannya June (Dear June #3)

June...
Tahukah kamu aku begitu mencintainya
Bukan June... Bukan cinta yang menggebu
Bukan pula cinta yang membutakan...
Tapi cinta yang melepaskan...
membebaskan...
Pernakah kau mendengar kisahku
di saat saat itu June
Saat pagi pun terasa kelam
Saat tak ada alasan lain untuk hidup selain dia
dan saat itu
Seakan tercerabut semua...
nyawaku
ruhku
percayaku
imanku
hidupku
Berat June...
berat untuk akhirnya melepasnya
berat mengatakan "aku ikhlas"
June... tapi apa yang terjadi kini
Dia kembali
bahkan saat aku melepasnya pergi
Itu cintaku June...
Cintaku menjerat sekaligus melepasnya
Cintaku membelenggu sekaligus membebaskannya...
Tapi June...
Kini...
Aku mulai takut kehilangannya

Saya Benci Film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN


Ya, Saya benci film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN (SYTD). Kesimpulan ini semakin kuat setelah saya akhirnya menonton film ini semalam.

Sejak awal film SYTD dipromosikan secara gencar di berbagai media baik online maupun elektronik, saya sudah apatis. Begitu tahu tema yang diusung adalah POLIGAMI, saya semakin melangkah mundur.

Secara pribadi, saya membenci ide tentang POLIGAMI. Bukan karena saya membenci ketentuan Allah SWT yang memperbolehkan suami memiliki istri lebih dari satu. Hanya saja, sekarang ini jika dalih yang digunakan adalah ketentuan Allah SWT dan Sunnah Rasul hanya dijadikan sebagai "alat" saja. Dari semua istri Nabi Muhammad SAW, hanya satu yang berusia muda, yang lainnya berusia lebih tua dan janda. Sementara, pelaku poligami saat ini? Ahh... cukup saya membahas tentang mengapa saya tidak sepakat untuk yang satu ini.

Kembali saya akan bahas tentang film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN (SYTD). Dengan alasan yang saya sebut di atas, saya cukup yakin bahwa film ini tidak akan pernah masuk dalam list film yang saya lihat, baik itu di bioskop atau televisi. Dalam pikiran saya, film ini pasti hanya alat propaganda untuk melanggengkan ide poligami di tengah masyarakat.

Namun jujur, gencarnya promosi yang dilakukan oleh produser film ini, ke berbagai media sempat membuat saya penasaran. "Apa sih maunya orang ini? Dhamoo Punjabi, Asma Nadia, Hanung Bramantyo, dan para pemerannya ini? Ide apa yang mau mereka usung? Apa alasan mereka untuk membenarkan poligami itu dalam rumah tangga?"

Semalam (20/7), saat saya sudah ada bioskop untuk menonton film lainnya dengan suami. Entah mengapa, saya berubah pikiran dan membeli tiket untuk nonton film SURGA YANG TAK DIRINDUKAN. Pikiran saya saat itu, paling gak saya punya bahan untuk semakin kukuh pada pendapat saya.

Saya melangkahkan kaki masuk ke theater dengan setengah hati dan sedikit menyesal, kenapa tadi saya berubah pikiran. Dan saya berpikir 124 menit ke depan adalah waktu terlama dan paling membosankan sepanjang hidup saya, karena harus melihat film yang secara ide tidak saya sukai.

Film yang digarap bersama oleh Dapur Film milik Hanung Bramantyo dan MD Picture ini memiliki setting Yogyakarta. Untuk pemilihan setting ini, cukup membuat saya semakin "jleb". Kota yang memiliki sejuta kenangan indah bagi saya. Ada Laudya Chintya Bella yang berperan sebagai Arini, Fedi Nuril sebagai Prasetya, dan Raline Shah sebagai Meirose. Di samping tiga nama itu ada nama nama lain, Zaskia Adya Mecca (yang hampir selalu ada di semua film Hanung), Landung Simatupang, Tanta Ginting, Sitoresmi Prabuningrat, Kemal Pahlevi, Vitta Mariana, dan Sandrinna Michelle yang berperan sebagai anak Pras dan Arini, Nadia.

Kisah dimulai dengan pertemuan Pras dan Arini yang berlanjut bagai dongeng. Mereka Ta'aruf dan akhirnya menikah. Memiliki anak yang cantik, rumah yang indah dengan latar belakang sawah dan gunung, karir yang bagus bagi keduanya. Semua indah bagai dongeng. Hingga muncul tokoh Meirose yang dengan segala problematika hidupnya berhasil membuat Pras "terjebak" untuk menikahinya. Mengesampingkan perasaan Arini, menepikan amanah ayah Arini untuk tidak menyakiti hatinya.

Dan konflik bagi laki laki beristri dua pun dimulai, adegan adegan Pras yang kebingungan mengatur waktu antara Arini dan Meirose, pekerjaanya yang terbengkalai, Hingga puncaknya saat Arini mengetahui pernikahan Pras dan Meirose.

Bagi saya, poin penting dalam film ini sebenarnya bukan ada dalam diri Pras, Arini, dan Meirose. Meskipun ketiganya memang pemeran utama. Namun yang menggerakkan alur dan konflik film ini adalah peran ibu Arini. Di saat scene ayah Arini meninggal, terkuaklah ternyata ayahnya memiliki istri lain yang diketahui oleh ibunya. Bertahun tahun sang Ibu menyembunyikannya dari Arini. Bagaimana keikhlasan, kekuatan, sikap nerimo, yang dimiliki ibu Arini saat menjelaskan kisahnya mengapa mau dimadu, yang secara tidak sadar mengarahkan jalan cerita ini. Salah satu adegan yang mengganggu pikiran saya saat Arini menanyakan pada ibunya bagaimana rasanya saat ibunya tahu sang ayah akan menikah dengan orang lain. Sang Ibu yang diperankan Sitoresmi menjawab dengan tenang bahwa memang sakit hatinya pada saat itu, sama yang dirasakan Arini, namun karena ia memikirkan jauh ke depan, tidak hanya soal ego pribadi, sakit hati pribadi, karena ada anak, yaitu Arini. Sang Ibu memikirkan masa depan anaknya, mewujudkan dongeng anaknya tentang keluarga madaniyah. Dan ketika Arini melakukan yang sama, dengan menerima Meirose, saya pikir di situlah kekuatan peran Ibu Arini.

Dia telah berhasil menunjukkan kepada Arini, memang ada yang harus dikorbankan untuk mewujudkan dongeng yang indah, tidak hanya bagi kita, tapi juga anak anak. Sang Ibu berhasil mengarahkan Arini untuk berdamai dengan keadaan, belajar untuk ikhlas, belajar untuk menerima semua ketentuan Allah SWT.

124 menit, ya 124 menit yang panjang. 124 menit saya disuguhi oleh gambar adegan yang membuat saya harus menahan nafas, menahan sakitnya di dada, mengusap air mata, dan mencerna semua adegan dan dialog.

Saya membenci film ini karna berhasil mengoyak ego saya, ide tentang dongeng sempurna yang saya bangun sejak dulu. Saya membenci film Surga yang Tak Dirindukan karena akhirnya membuat saya kembali berpikir, apa memang harus demikian? Apa memang harus sebegitu menyakitkannya?

Sama seperti Arini, saya juga tidak mengharapkan surga yang semacam itu. Saya tentu tidak akan mungkin setegar Arini atau ibunya yang bisa ikhlas dan menerima membagi hati dan berbagi suami dengan perempuan lain. Tapi yang akhirnya saya percaya setelah melihat film ini semua skenario yang dibuat oleh Allah SWT tentu terjadi bukan tanpa maksud. Tugas saya dan kita sebagai pelakon di dunia ini hanya harus memerankan sebaik mungkin.

Saya membenci film ini. Sungguh membencinya karena berhasil membuat saya yang dulu pongah dengan dongeng yang saya miliki menjadi bimbang. Memang bukan Surga yang seperti itu yang saya rindukan. Ada banyak monolog yang saya lakukan semenjak semalam. Dan saya masih belum bisa menempatkan diri sebagai perempuan dalam film itu.

Setelah melihat film ini saya teringat dengan sebuah kata kata yang bertahun tahun lalu diberikan seseorang pada saya

di saat kamu ikhlas melepaskannya 
di titik itulah sesungguhnya kamu telah mendapatkannya kembali 

Bagaimana ending film yang membuat jiwa raga saya mendidih ini? Anda harus melihatnya sendiri! Anda harus membuktikannya sendiri dan kembali mendefinisikan dongeng Anda! 




Tuesday, June 02, 2015

Menarilah Bersamaku June (Dear June #2)


Menarilah Bersamaku June...

Senja kali ini begitu memerah June 
Ia sepertinya memendam amarah entah mengapa
Tapi tahukah kau June... 
Aku begitu menikmati senja yang kini berselimut merah 
Aku menikmati senja yang penuh amarah

Selama ini dia terlalu hening June
Memelukku dalam sunyi 
Mencumbuku dalam sepi

Aku rindu senja yang memerah seperti kali ini June
Ia membuatku sadar bahwa ia ada untukku

Aku rindu berbincang denganmu June
Serindu aku menari di ujung senja 
Aku rindu lekuk lekuk tubuh yang temaram dihempas cahaya senja 

Masihkah kau ingat June 
Saat aku, kamu, dan senja melebur dalam satu tarikan nafas
Melebur dalam satu irama gerakan
Melebur dalam satu amarah yang sama

Biarkan June...
Biarkan senja ini memerah...
Agar kita bisa terus menari
Berpelukan
Berbincang 

Menarilah bersamaku June 
Biarkan senja yang memerah karna amarah semakin membara 
Melihat lekuk tubuh kita
Mendengar tawa riang kita...

Biarkan... 



Foto ambil di sini

June Dengarkan Kisahku (Dear June #1)

June...
Aku ingin berkisah padamu


Tentang sebuah hati yang patah
Tentang sebuah cinta yang terbelah
Tapi June...
Bukan airmata temanku berkisah
Yah... Bukan itu June...
Kita akan berbincang di sudut ruang itu
Di meja yang sama
Dengan kepulan aroma kopi yang memabukkan
Dan temaram cahaya yang mengaburkan muram
June...
Aku mencintainya...
Tapi aku terus terluka olehnya
Apakah ini cinta, June?

Kau dulu pernah berkata padaku June
Cinta itu indah
Cinta itu menguatkan
Cinta itu melenakan

Apakah ini cinta, June?
Mengapa cinta jadi sesakit ini...

June...
Aku ingin berkisah padamu...
Tentang sebuah ketabahan
Yang lebih tabah dari hujanmu

surabaya 020615


foto diambil dari sini





Monday, March 23, 2015

Dan Ketika Cinta Sudah Tak Berarti

Aku mencintaimu
Aku menyayangimu
Di semua kehidupan hanya kamu yang aku sayang...
Mencintaimu adalah candu yang selalu aku inginkan
Dan ketika semua kata-kata berbungah itu sudah menjadi tak berarti lagi. Bukan, bukan berarti cinta itu telah hilang atau berubah menjadi benci. Tapi, semua menjadi sesuatu yang... tidak berarti...
Mungkin terdengar janggal. Cinta, romansa, ibarat percikan api dalam sebuah hubungan. Memberikan gelora tak biasa dalam diri kita. Tak mendengar suaranya sebentar saja sudah resah. Tak dapat kabarnya sehari menjadi gelisah.
Tapi ibarat api yang memercik, cinta yang apa adanya akan berubah menjadi kobar api yang membakar hati. Saat cinta berubah menjadi ikatan. Rasa memiliki, takut kehilangan, tak ingin menjadi nomor sekian dalam hidup pasangan, dan... Ah kamu pasti tahu banyak lagi lainnya.
Dan ketika kobar api itu terus membakar hati, masihkah cinta yang hanya percikan mampu bertahan?
Sebab itulah saya bilang cinta tak lagi mempunyai arti. Ketika ikatan telah ditahbiskan, maka cinta saja tak cukup. Sebab cinta bisa menguap karena kobaran api dalam hati tadi. Karena percikan cinta tak mampu lagi menjaga ikatan hati.
Lantas apa yang penting? Kepercayaan dan Komitmen. Tapi percayalah padaku, dua hal ini adalah hal yang paling absurd untuk dijelaskan. Komitmen mungkin akan lebih mudah dimengerti, karena saat masing masing dari kita memegang komitmen, maka tugas selesai. Tapi komitmen pun mudah rapuh jika cinta tak kuat.
Kepercayaan, ada yang bilang kepercayaan itu seperti kertas, sekali kau remas dia tak akan pernah sama seperti awal lagi. Dan inilah masalahnya.
Ketika kepercayaanmu pernah dikhianati, dan kamu menganggap kertas itu masih bisa digunakan tinggal diratakan saja, atas dasar cinta kamu membangun sebuah ikatan dan komitmen. Apakah menuliskan kisahmu di kertas itu akan sama saat waktu kertas itu belum lecek? Tidak.
Akan selalu ada bayangan hitam yang meneror setiap langkahmu. Ketakutan akan merasakan pengkhianatan yang sama. Ketakutan akan kehilangan lagi cinta dalam hidupmu. Dan percayalah, semua itu perlahan akan membuatmu gila.
Dan karena cinta saja tak cukup untuk membuatmu kembali waras. Kobaran api pun semakin membesar. Hatimu akan menjadi serupa gumpalan asap. Ada tapi tak dapat dirasakan...

Friday, October 24, 2014

Menanti Tarian Hujan

Hai...
Bagaimana kabarmu sekarang?
Lama kita tak bercengkrama
Aku bahkan telah lupa rasanya
saat kau menyentuh satu satu kulit coklatku
Hai....
Baik-baikkah kau di sana
Apakah kau lupa jalan untuk menemuiku?
sayang sekali....
Karena aku tak pernah lupa detik demi detik saat kita bersama
Saat kau peluk aku dalam dingin
Hai....
Sampai sekarang pun
Aku tak pernah lupa aroma pertama kali saat kau datang menemuiku
Kapan kau datang....
Aku merindumu, sangat
Datanglah padaku, saat ini...
Aku membutuhkanmu....
#hujan

Gambar diambil di sini

Tuesday, October 21, 2014

Terengah dan Menyerah


Titik itu tak pernah berubah
tetap kokoh di sana
bahkan ketika beribu jalan telah habis dititi
nafas masih memburu

Bagai pelari olimpiade
aku terus memacu kecepatan
menarikan ritmenya
tapi tetap saja tak berubah
titik itu masih di sana,
dan aku tak pernah sampai

aku terengah
lagi
terus
tak usai

dan titik itu tetap di sana
dengan jarak yang sama
saat nafasku masih utuh

aku menyerah
untuk terengah
aku menyerah
itu saja...

Surabaya, Oktober 2014

Gambar diambil di sini


Monday, October 13, 2014

Kacamata Saksi Mata


Saat aku menangis, ia sembunyikan bulir air mataku
Saat aku terjatuh, ia sembunyikan goresan luka
Saat aku bersedih, ia adalah kawan paling sejati...

Hampir 10 tahun ia temaniku
suka duka
ia membantuku melihat sisi yang lebih sejati
ia tunjukkan aku siapa yang menyungging senyum tulus
atau menyeringai penuh tipuan

Jika kau hendak bertanya
tentang paragraf paragraf kisahku
aku rela menyerahkannya padamu
agar ia sendiri yang mengisahkannya padamu

Jika kau hendak tahu
sejauh mana aku telah berjalan
seluas apa yang telah kulihat
berbisiklah padanya dan tanyakan semuanya

Jika kau hendak tahu
untuk siapa air mataku menetes selama ini
bertanyalah padanya
ia akan menunjukkan padamu wajah wajah itu

sayang...
persahabatan kami harus berakhir hari ini
bukan karna aku tak setia padanya
karena kami tak lagi bisa bersama
ia pun kini mungkin terlalu lelah dan rapuh

terima kasih
tlah menjadi tamengku selama ini
terima kasih
telah menjadi sahabat paling setia selama ini

hanya karena kita tak bersama lagi
bukan berarti kau lupakan kenangan kita kan?
kenanglah aku dan sejarahku
sebagaimana aku mengenangmu

istirahatlah dengan tenang
terima kasih telah setia padaku

....

Surabaya, Oktober 2014






Friday, October 10, 2014

~~ Menanti Jejakmu Kembali ~~


malam ini,
kembali kurunuti tapak kakiku
seperti malam-malam sebelumnya
kukenakan kebaya berenda putih yang kau suka
kuhias helaian rambutku dengan bunga mawar merah
yang dulu kau tanam di pekaranganku
"agar kau tersenyum mengingatku" katamu dulu...

malam ini,
kembali kubuang pandangku ke gugusan kapal
di pelabuhan itu
aku bersolek dengan gincu warna yang kau suka
dadaku bergemuruh seperti biasa
saat satu persatu kulihat ada kapal merapat

malam ini,
bulan ke 100 aku menunggumu
masih ada rindu yang haus untuk dituntaskan
masih ada janji yang harus kau tepati mas…
kau tlah mematri hati ini dengan janji yang terus aku ingat
terus aku percaya
kau akan kembali dan kita akan menikah

malam ini,
sama seperti malam-malam yang lalu
aku telah siap dengan baju pengantinku mas
aku menunggumu tuk menjemputku
aku pun telah siapkan paspor
karna janjimu akan membawaku mengelilingi samudra di dunia ini
dengan kapalmu

malam ini,
aku masih menunggumu mas…
sama seperti malam-malam sebelumnya
aku menunggumu untuk menunaikan janjimu
tak kuhiraukan igauan semua orang tentangmu
mereka menyebutku gila mas
hanya karna menunggumu yang mereka bilang tak akan pernah kembali

malam ini,
aku masih berdiri di sini memandangi jajaran kapal yang telah merapat
tapi tak kutemukan kau di sana mas
aku janji esok akan kembali
akan kembali kutekuri jejak langkahku
dan menunggumu kembali
menjemputku
pengantinmu…


surabaya, oktober 2014


Tuesday, September 02, 2014

Jebakan Sunyi


Jalan bersisian tapi tak selangkah
Saling merindu tapi tanpa pelukan
Satu peraduan tapi bertemu punggung

Melangkah dalam diam
Dalam diam pula air mata itu mengalir
Tanpa suara dan irama tubuh yang rapuh

Sunyi...
Palung laut terdalam pun
tak lebih sunyi dari ini

Begitu menyesakkan...
Jika memang sunyi dan diam ini adalah obat
Sepahit racunpun akan tertelan
Tapi bagaimana jika sunyi dan diam ini adalah jebakan
Jebakan bagimu dan aku

Ah sayang...
Bahkan tuk merajuk dan mengisakkan tangis pun
semua tetap sunyi
yang ada...






Gambar diambil di sini





Ketika Yang Tersisa Hanyalah Air Mata

Hey kamu... Iya kamu... Kamu yang dulu datang lagi dalam hidupku dengan janji tuk tak lagi menghadirkan air mata di wajahku dengan jan...