Tlah kudapatkan kembali Langitku

Pernah dengar kata-kata kebahagiaan akan hadir di saat yang tepat dan cara yang indah... Tanyakan padaku apakah kata-kata itu berhasil padaku!!! Kalau sekarang aku pasti akan menjawab YA...
Empat bulan yang lalu, aku berada pada titik nadir... Dia, yang kupanggil langit, yang selama ini kujadikan sandaran, padanya kurajut mimpi-mimpi masa depan, dengannya kucoba tuk lalui semua kegetiran meskpiun tertatih, dia memilih tuk menjauh. Aku yang selama lebih dari empat tahun dibawanya terbang ke langit ke tujuh seakan dijatuhkan begitu saja ke bumi. Aku terjatuh dan hancur. Aku marah, sakit hati, kecewa, terluka, dan hancur. Semua mimpi yang kubangun seketika hancur tak berpuing dan lenyap bagai debu yang dihembus angin. Sempat aku menggugat Tuhan atas semua ketidakadilan ini, mempertanyakan apa salahku. Dan terus saja menyalahkan orang lain, diri sendiri, bahkan Tuhan. Api kehidupan dalam ragaku seketika padam. Tak lagi berarti semua di luar diriku.
Tapi, kemudian aku disadarkan. Terus menyalahkan orang lain bahkan diri sendiri takkan merubah apapun. Toh, dia takkan kembali. Ku coba merenungkan semua yang terjadi. Dan aku tiba pada sebuah keputusan besar dalam hidupku. Kuputuskan untuk menenangkan batinku, salah satunya dengan menggunakan jilbab. Aku mencoba mencari sekeping jiwaku yang hilang. Mungkin selama ini aku telah salah karena telah menggantungkan harapan pada manusia, telah begitu mengagungkan dia yang kucintai dengan sangat.
Tuhan memang Maha Kuasa. Ia selalu menemukan cara yang indah untuk menyapa makhlukNya. Dengan Kuasanya ia mengembalikan Langit dengan cara yang Ia pilih. Mungkin aku telah kehilangan langit sebagai seorang laki-laki yang pernah kucintai. Tapi Tuhan dengan caraNya telah mengijinkan langit meninggalkan jejak di kehidupanku sekarang dan selanjutnya. Entah aku harus menganggap ini Karunia atau Hukuman dariNya. Tapi aku percaya Tuhan telah menyiapkan rencana indah buatku.
Aku menerima Langit dalam kehidupanku. Aku telah mendapatkan Langitku kembali dengan cara yang tak terduga. Laki-laki itu telah pergi tapi ia meninggalkan jejak darah yang akan terus mengikat kami berdua, selamanya. Kini aku bersama Langit, berjalan bersama melewati langkah-langkah yang aku yakin tak mudah. Senafas, sedetak, Sejiwa, Seraga...
Dan sekarang tanyakan aku apakah aku bahagia kini... :-) Di tengah tekanan, beban, dan langkah yang berat berjalan lewati semua seorang diri...Aku bahagia !!! Mungkin dengan format kebahagiaan yang berbeda dengan sebelumnya. Aku tetap bermimpi dan membangun mimpiku tapi mungkin semua jadi tak sama lagi.
Ini semua bukan tentang Aku dan lelaki itu. Ini semua bukan hanya tentang rasa cinta yang tak mungkin berbalas. Ini bukan hanya tentang berakhirnya sebuah hubungan.
Ini tentang sebuah mimpi yang hancur. Ini tentang sebuah asa yang mungkin kembali nyala meskipun redup. Ini tentang sebuah kehidupan baru yang harus diperjuangkan. Ini tentang mencari arti sebuah kebahagiaan.

Comments

Popular posts from this blog

Apakah Catatan Saya Berguna??

Ukiran Sebuah Pertemuan

Pijar Lentera Keempat Kemudian Padam