Tentang Sebuah Pilihan
Pilihan dan memilih bagiku adalah sebuah perkara rumit. Karena hal tersebut tidak hanya berhenti pada "proses menentukan pilihan" tapi sampai pada pertanggungajawaban yang menyertai pengambilan keputusan. Terkadang aku bertanya-tanya sendiri jika memang takdir kita telah tersurat sejak kita terlahir, lantas mengapa kita masih dirumitkan dengan pilihan-pilihan dalam hidup. Tapi, lantas aku tersadar bahwa hidup takkan terlepas pada sebuah pilihan-pilhan.
Dan aku tersudut dalam keheningan di sini, sedang menimbang berbagai pilihan yang berkecamuk dalam otakku. Setiap subjek permasalahan yang mempunyai pilihan-pilihan untuk dipilih. Aku dihadapkan pada pilihan-pilhan yang sungguh membuatku penat. Coba kalian pikir aku harus memilih antara menyelesaikan skripsi yang deadlinenya makin dekat, usaha yang mulai jalan dan butuh konsentrasi, dan gelitik kreatifitas yang terus menggodaku untuk terus menulis dan berkarya. Semua pilihan yang penting buatku dan sulit buatku membuat prioritas atas semuanya. Atau yang satu ini, aku harus dihadapkan pada pilihan yang rumit antara masa depan dan cita-cita, kebahagiaan orang tua, atau tanggung jawab atas darah yang mengalir dan tumbuh di tubuhku. Memilih salah satu diantaranya akan berimplikasi negatif bagi yang lain.
Aku terjepit pada situasi yang jujur saja membuatku jengah. Apakah kita tidak bisa memilih semua dengan segudang pertimbangan yang mungkin bisa kita sampaikan. Tapi, seorang teman pernah berkata padaku "Orang akan terlihat bijaksana berdasar pada pilihan-pilihan yang diambilnya." Apa dengan begitu aku tidak bijaksana karena memilih untuk tidak memilih.
Semuanya penting buatku. Menyelesaikan skripsi, membangun usaha, menulis dan berkarya, dan semua hal yang memaksa aku untuk memilih salah satunya. Aku pilih semua. Tapi marilah tanyakan padaku, mana diantara semua pilihan itu yang paling susah untuk dijalani....
Memilih untuk bertanggung jawab atas darah yang mengalir dan memilih untuk mengambil peran sebagai bunda. Pilihan yang aku pilih (jujur) karena bukan sepenuhnya inginku. Tapi aku nggak mau lari dari masalah. Memilih untuk bertanggungjawab atas semua kesalahan. Memilih untuk mencintai dan mensyukuri Karunia Tuhan ini. Dan untuk pilihan yang satu ini, hanya keikhlasan yang menguatkanku. Sudah tak terkira air mata, pedih, dan pengorbanan yang harus kudera. Untuk pilihan yang satu ini, jujur saja bukan hanya tentang aku dan pilihanku. Pilihan ini bersangkutan dengan banyak nama, banyak cerita, banyak kepentingan. Semua itu membuat aku memilih pilihan ini lengkap dengan konsekuensi di belakangnya yang menyertai.
Tentang sebuah pilihan dan pilihan lainnya, bahagia ataupun tidak, terpaksa ataupun kehendak sendiri, ikhlas ataupun tidak...Maka yang terpilih itulah yang terjadi. Setelah itu siap untuk bertanggungjawab atas semua pilihan. Pilihan ada untuk dipilih? Kalau aku Pilihan ada untuk tidak dipilih salah satu.... Memilih semua pilihan dan melakukan dengan sebaik mungkin dan ikhlas....
Comments